Monday, December 31, 2012

selamat datang 2013 ...

Hari ini adalah hari terakhir di tahun ini, tanggal 31 Desember, lembaran ke 366 di tahun 2012. Sebuah hari Senin yang diselimuti awan hitam sejak pagi, di sini, di kota ini. Tanpa sinar matahari. Sesekali gerimis kecil berjatuhan dari langit, membasahi tanah yang belum juga kering terkena hujan kemarin hari. Masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya, penghujung tahun 2012 ini pun musim hujan masih setia menemani. Seakan memberi waktu kepada sang mentari tuk beristirahat barang sejenak menyembunyikan sinarnya.

Bangunlah. Terjagalah dari mimpimu.

Lihatlah, hari ini adalah hari terakhir yang ditunjukkan oleh kalendermu di tahun ini.

Apa arti 2012 yang sebentar lagi akan terganti? Apa hal yang sudah dilakukan? Apa yang sudah dicapai? Adakah perubahan?

Ah, jika mau jujur, tidak banyak yang kulakukan di tahun 2012 ini, tidak ada hal istimewa yang terjadi di sini. Rasa-rasanya semua berjalan di tempat. Stuck. Tanpa perubahan. Bagaimana denganmu?

Lantas, apa harapan di tahun 2013 ini?

Harapan itu ada. Di sini, di hati. Tidak banyak memang, tapi setidaknya harapan itu mampu menyulut kobaran semangat untuk terus membuka lembaran-lembaran 2013 dengan segala yang lebih baik. Semoga.

Selamat tinggal 2012.
Selamat datang 2013.

Sunday, September 16, 2012

intinya, tetaplah bersyukur

Suatu sore di pantry sebuah perusahaan telekomunikasi nasional.

Ada sebuah percakapan antara seorang karyawati muda dengan seorang Bapak Office Boy.

A  : “Pak, saya lapar, ada yang bisa dimakan nggak yah Pak?”
B   : “Ini ada mie instant, masak aja Mba. (sambil mengambil mie dan menyalakan kompor)
A  : “Makasih Pak. Bapak udah lama kerja di sini? Aku baru dua minggu.”
B   : “Iya, Mba Angelina masih baru masuk ya? Bapak di sini udah delapan tahun.”
A  : “Delapan tahun?? lama juga yah pak? Pernah ngerasa bosen nggak Pak selama delapan tahun itu?”
B   : “Ya pasti pernah Mba, namanya juga kerja begini kan serabutan. Tapi ya apa dengan Bapak bosen lalu bisa pergi begitu saja? Belum tentu Bapak dapet pekerjaan lagi dengan ijazah yang hanya tamatan SMP. Yang lebih penting, apa dengan Bapak bosen terus Bapak jadi berhak mengacaukan masa depan dan kehidupan keluarga Bapak?”
A  : hening
B   : “Bapak kerja juga buat mereka Mba, buat anak istri Bapak. Buat apalagi uang yang Bapak cari kalau nggak untuk membahagiakan mereka? Apalagi yang bisa diharapkan dari seorang lelaki tamatan SMP kecuali kesetiaan dan kerja keras buat keluarganya? Bagi Bapak, apapun pekerjaan Bapak, itu nggak penting, asalkan halal dan menghasilkan uang, itu saja.”
A  : diam
B   : “Bapak ini sudah tua Mba Angelina, walaupun Bapak di sini cuman seorang Office Boy, Bapak bangga karena saat pulang kerja, Bapak masih disambut hangat, masih diharapkan kehadirannya di rumah. Apalagi yang membuat laki-laki bahagia selain disambut di rumah pas lagi capek pulang kerja? Cukup buat Bapak melihat orang-orang yang Bapak cintai bahagia.”
A  : masih diam
B   : “Kuncinya itu hanya satu Mba Angelina, bersyukur. Akan ada saatnya nanti Mba berhenti mecari kehidupan dan mulai mengisi kehidupan itu sendiri. Nggak cuman masalah kerjaan Mba, jodoh juga. Akan ada saatnya nanti Mba berhenti mencari dan mulai menikmati apa yang ada. Dari itu semua Mba akan belajar mencintai, dari situ juga Mba akan belajar hidup dan bekerja keras demi orang-orang yang Mba cintai itu tadi, keluarga.”
A  : tetap diam
B   : “Tetap bersyukur yah Mba, dan selalu hormati suami Mba nanti, berapapun penghasilan yang dia bawa ke rumah. Laki-laki akan selalu bekerja keras dan mengusahakan yang terbaik jika perempuannya patuh dan selalu menghormatinya. Kalau semua itu sudah terbangun dengan baik, pasti Mba mengerti kenapa Bapak bisa bilang seperti ini. (sambil berlalu membawa kain pel)”
A  : speechless

Mungkin pada awalnya hanya sebuah percakapan biasa, tapi berikutnya, mengandung arti yang begitu banyak dan padat. Sebuah nasihat kehidupan.

Itulah mengapa bersyukur adalah sesuatu yang ajaib, yang selalu bisa memberikan kekuatan untuk apapun itu. Saat engkau merasa lemah, merasa tidak berguna dan tidak ada apa-apanya, bersyukurlah, maka semua ‘kan kembali baik.

disampaikan oleh : DAS, Telkom SP 2011

Friday, September 14, 2012

percayalah

ujian hidup yang selalu menerpamu
yang berjuang untuk hidup yang hanya sementara
rasa perih yang hujani hatimu
yang diberikan oleh rasa yang hanya sementara

kita hidup di dunia yang penuh tanda tanya
yang tak mungkin kau ubah dan terpaksa mengikutinya
kita berada di antara benar atau salah
yang tak mungkin dapat kau ukur dengan rasa

berdoalah,,
sampaikan pada Tuhan semua keluh kesahmu, Dia ‘kan menjawabnya
percayalah,,

Dia ‘kan menunjukkan kasihNya kepadamu melalui jalannya
percayalah,,

wahai kamu yang tak seperti mereka
yang terlihat cerah menjalani hidupnya
pandangan hidup yang selalu lihat ke atas saja
jadi pemicu keinginan yang tiada habisnya

bersujudlah,,
akui pada Tuhan semua kelemahanmu, Dia ‘kan menguatkannya

memohonlah,,
Dia ‘kan memberikan yang terbaik untukmu melalui caraNya
percayalah,,

berdoalah,,
sampaikan pada Tuhan semua keluh kesahmu, Dia ‘kan menjawabnya
percayalah,,

Dia kan menunjukkan kasihNya kepadamu melalui jalannya
percayalah,,

bersujudlah,,
akui pada Tuhan semua kelemahanmu, Dia ‘kan menguatkannya

memohonlah,,
Dia ‘kan memberikan yang terbaik untukmu melalui caraNya
percayalah,,

by: Last Child

Sunday, June 17, 2012

setahun ini,,,

Ada mungkin sekitar dua bulan aku absen untuk mencorat-coret halaman ini, entah sibuk, entah juga karena malas, yang jelas selama dua bulan ini, tak ada hasil tulisan sama sekali di blog ini. Hanya sesekali kubuka domain ini untuk kembali membaca berulang-ulang konten di dalamnya.

Siang ini sebenarnya aku juga belum menemukan tema dan judul yang pas untuk kembali mengisi blog ini, namun karena aku merasa nantinya akan menjadi terlalu lama meninggalkannya, aku putuskan siang ini harus ada konten yang aku upload, tentang apapun itu. Menarik atau tidaknya, itu urusan nanti.

Hanya judul itu yang terlintas saat aku memikirkan tentang apa yang akan aku tulis siang ini. Yah, kurang lebih setahun lamanya telah aku lalui hidupku di kota ini dengan status jomblo, single. Akan coba aku bagi, setahun ini, bagaimana seorang aku menjalani hidupnya.

Setahun ini, aku jadi lebih dekat dengan keluargaku.

Kuakui ini dengan sebenar-benarnya. Dulu, aku biasa menghubungi mereka dua minggu sekali. Jarak sekitar seribu kilometer itu kusingkap dengan jalur telepon hanya sekali dalam dua minggu. Namun kini, hampir tiga hari sekali aku menelepon mereka, diluar hubungan via sms tentunya yang kini juga kulakukan sangat sering. Sedikit-sedikit telepon, sebentar-sebentar sms, tapi dengan begitu, lebih kurasakan keterbukaan, rasa kasih sayang, dan kerinduan yang begitu medalam di antara kita. Keluarga.

Setahun ini, aku punya waktu yang lebih banyak di hari libur.

Hari libur, entah itu libur Sabtu Minggu, ataupun libur karena ada tanggal merah, dulunya sering aku isi dengan jalan bareng dan maen, kemanapun itu. Tapi setahun ini, aku bisa lebih bebas mengatur sendiri jadwalku, harus kemana aku libur besok. Dan itu sangat menarik. Tidak ada hal yang lebih menarik di dunia ini selain kebebasan.

Setahun ini, aku punya hobi baru, memancing.

Yap, semenjak hari liburku kosong dengan acara jalan dan main, aku punya acara baru, memancing. Entah itu memancing santai di kolam ataupun di laut, sampi dengan memancing dalam kategori lomba pernah aku ikuti. Aku yang dulunya tidak pernah memancing sama sekali, kini hampir sebagian besar piranti fishing, aku punya. Bahkan pelampung badan pun aku punya.

Setahun ini, hobi traveling-ku sangat tersalurkan.

Selain memancing, hal yang sangat aku suka lainnya adalah traveling, dengan bus terutama. Yah, kalau tidak ada agenda memancing, aku akan menyalurkan hobiku yang satu itu tentunya. Travelling by Bus, kemana saja. Entah itu Malang, Jember, atau hanya ke Bandung. Tanpa alasan khusus, sebagi bus lover aku bisa bepergian ke mana saja, dengan bus.

Setahun ini, aku punya sahabat yang paling setia, handphone.

Tampak konyol memang, tapi memang seperti itulah keadaannya. Nokia C7 itu kini menjadi sahabat yang sangat setia, tak pernah sedikitpun ia pernah berkhianat ataupun enggan aku apain juga. Benar-benar sahabat yang sangat pengertian dan perhatian. Dia bisa menjadi teman di saat senggang, menjadi music player di saat sepi, menjadi penghubung aku dan keluargaku, bahkan menjadi alarm pun dia bisa.

Setahun ini, aku punya tempat kos baru.

Alasan sebenarnya dari kepindahanku ke tempat kos yang baru ini sebenarnya bukan karena apa-apa, melainkan karena tempat kosku yang sebelumnya kebanjiran. Yup, selama dua hari tempat kosku yang lama terendam banjir dengan ketinggian air hampir selutut, begitu air menyusut, langsung saja rencana untuk pindah pindah itu terlintas, dan terwujd beberapa hari kemudian. Kini tempat kosku yang baru menjadi sangat dekat dengan tempat bekerjaku.

Setahun ini, aku masih belum berniat untuk menjalin hubungan lagi.

Bukan karena aku masih tidak bisa melupkan yang lama, juga bukan karena aku yang gak laku, tapi entahlah, sama sekali aku belum punya niat untuk kembali menjalin hubungan. Yah, tidak untuk saat ini, mungkin tahun depan, who knows,,

Setahun ini,
Setahun ini,
Setahun ini,

Friday, April 27, 2012

mimpi

Awalnya,,
Kupernah bermimpi tuk bisa menjadi bintang di angkasa
Namun kusadar, ku tak punya cukup kemilau tuk mampu bercahaya

Pernah juga,,
Kubermimpi tuk menjadi rembulan purnama
Namun kuingat ku tak punya cukup rekan tuk membuatku bersinar sempurna

Hingga akhirnya,,
Kuputuskan tuk bermimpi menjadi sebuah lentera
Yang walaupun redup namun masih bisa menerangi sekitarnya

Namun kini,,
Kuberani tuk bermimpi menjadi sang surya
Karena ku masih punya asa, keluarga dan Sang Maha Kuasa

Sunday, April 15, 2012

sepenggal kisah tentang Ummi

Duduk di pantai berpasir putih sambil menatap indahnya gulungan ombak yang saling menyusul, ditemani dengan belaian terpaan angin laut dan warna emas cakrawala di langit pagi hari. Memandang lepas horizon tempat sang mentari mulai muncul dari persembunyiannya, mengawasi kumpulan camar yang dengan bebasnya menculik seekor dua ekor anak ikan dari induknya. Betapa indah dan anggun pesona yang disajikan, hingga mampu mengusir segala resah dan lara.

Yah, itu semua hanya sekedar impian, khayalan yang sedang terlintas untuk menyingkirkan penat. Segala penat yang mengusik diri, juga hati.

Tak ada pantai berpasir putih, juga tak ada semua komponen keindahan pantai yang terpapar di sini, di kota ini.

---

“Ummi itu sosok yang hebat, sebagai sosok istri, Ummi gak pernah tanya tentang uang yang pernah Abi terima. Entah itu uang gaji bulanan, uang bonus, uang tunjangan ini itu, atau apapun, Ummi gak pernah nanyain itu semua. Bahkan bisa jadi Ummi gak pernah tau berapa besar gaji Abi, karena ummi memang gak pernah tanya.”

Itu kata-kata yang Abi lontarkan saat aku terlibat sebuah pembicaraan santai dengannya kapan hari, di suatu malam.

“Ummi itu gak pernah ngeluh atas semua pekerjaan yang dia kerjakan selama ini untuk membantu keuangan keluarga. Dia mau ngerjakan urusan peternakan ayam, usaha jual beli beras, dan semuanya yang seharusnya Ummi sebagai seorang istri sama sekali tidak punya kewajiban untuk melakukan itu semua. Tapi Ummi mau melakukannya tanpa mengeluh. Terkadang sempat terpikir oleh Abi, gak seharusnya Ummi melakukan itu semua. Kasihan.”

Tambah Abi saat melihat aku hanya termenung mendengarkan semua kalimatnya.

“Sebagai seorang ibu rumah tangga, dia adalah koki terbaik, masakannya selalu enak walaupun apa yang dimasaknya terkadang hanya masakan sederhana. Ummi memasak masakan yang sederhana hanya karena ia ingin menyisakan sebagian dari uang berlanja harian untuk kepentingan kalian yang mendadak tanpa harus meminta lagi ke Abi.”

Abi melanjutkan kalimatnya. Demi Alloh, perasaanku campur aduk saat itu. Antara bangga, terharu, semuanya melebur menjadi satu menyisakan rasa hangat di ujung mata.

“Kamu tau berapa gaji Abi saat menikahi Ummi? Hanya cukup untuk bayar kontrakan sebulan dan makan, itu saja. Ingin makan enak? Daging ayam itu hanya terbeli sebulan sekali. Bagaimana dengan jalan-jalan, refreshing, tamasya? Tidak pernah terpikirkan sama sekali waktu itu, karena memang gak ada uang untuk itu. Tapi Ummi mau menerima dengan kondisi Abi saat itu, selalu menemani Abi, sampai saat ini, yang bisa dibilang dengan hidup yang jauh lebih baik dari kehidupan masa kecilmu dulu itu, apalagi kehidupan di masa kecil kakakmu.”

Tuhan, sebegitu muliakah hati seorang manusia yang kini kupanggil Ummi itu? Sosok manusia yang mempu menjalankan peran sebagai seorang istri dan juga ibu terbaik.

Abi, engkau adalah pria paling beruntung karena bisa mendapatkan pendamping sesempurna Ummi.

Ummi, masih jelas sekali dalam ingatanku engkau yang selalu menemaniku belajar tiap malam, selalu mengantar dan menjemputku di halte menunggu bus sekolah, merawatku dengan penuh kesabaran di saat aku sakit. Semua ingatan itu membuat mata ini semakin hangat, semakin ingin mengalirkan anak sungai di masing-masing tepinya.

Apa yang bisa aku raih saat ini, dengan tegas aku katakan engkau ikut andil atas ini semua. Semua yang kuraih ini aku yakin berkat doa yang selalu terucap di setiap sujud panjangmu, untukku. Aku bukanlah apa-apa tanpamu. Aku bukanlah aku yang saat ini jika tanpamu, Ummi.

Terima kasih Ummi atas semua yang telah kau lakukan untukku, untuk kami, keluargamu. Dengan jujur aku katakan aku belum mampu membalas semuanya. Jangankan untuk membalas semuanya, untuk membalas sebagaian yang sudah engkau lakukan saja, aku belum tentu sanggup. Maafkan aku Ummi. Hanya bakti yang bisa kupersembahkan untukmu. Teriring doa, semoga kesehatan dan afiat selalu mengiringi dan menyertaimu.

Tuhan, terima kasih telah menganugerahkan Ummi untukku, untuk Abi, juga untuk keluargaku.

Tuhan, jika tiba saatnya nanti, aku mohon, anugerahkanlah untukku sosok pendamping sebaik Ummi, sehebat Ummi. Amin.

dedicated for my beloved Mom