Thursday, March 10, 2011

sebuah hikmah

aku jatuh, dan aku harus segera bangun,,

begitulah yang dicerna otak pertama kali sesaat setelah kecelakaan itu terjadi. Sepi, dan hujan masih saja mangguyur dengan deras. Kucoba untuk bangun dari posisiku yang sekarang, jatuh terlentang, tak ada rasa sakit. Aman, pikirku untuk sementara. Kuhampiri motorku yang tergelatak tak jauh dari posisiku, kucoba mengangkat, berat.

Saat itulah muncul dua orang pria yang datang menghampiri, alhamdulillah, setidaknya aku tidak sendiri saat ini, ada orang yang menolongku. Diangkatnya motorku dan dituntunnya masuk ke garasi rumahnya sesaat setelah berbasa-basi sebentar, basa-basi standar antara penolong dan korban kecelakaan.

Kuminta air bersih untuk sekedar cuci muka setelah sedikit merasa tenang. Segar, namun ada beberapa bagian yang terasa pedih. Mata kaki sebelah kiri, dagu, dan yang paling parah adalah punggung telapak tangan kanan, sampai terlihat bagian putih di bawah lapisan kulit. Mungkin terkena goresan aspal.

Kutelepon kantor saat itu juga untuk mengabarkan keadaanku, sekaligus meminta pertolongan. Sementara sang hujan masih saja tak mau berhenti tercurah dari langit yang begitu gelap.

Lega, itulah yang kurasa saat dua mobil yang sangat kukenal mendekat ke arahku. Sebuah mobil avanza hitam dan Ranger silver. Keduanya mobil operasional kantor. Yah, bala bantuan datang. Situasi basa-basi standar antara aku dan beberapa rekan kerjaku pun terjadi lagi, tak lama kemudian, setelah berterima kasih dan berpamitan kepada dua orang pemuda penolong tadi, aku segera naik ke avanza hitam untuk segera mendapatkan pengobatan. Sempat kutitipkan motorku untuk diamankan di kantor oleh salah satu dari tim bala bantuan.

Saat itu, tak sedikitpun fikiran ini mengarah ke motor Honda Revo-ku, perhatianku total tercurah pada kondisi badan. Belakangan kuketahui bahwa motorku mengalami kerusakan yang lumayan serius. Sayap kiri pecah, spion tampak menggantung, dan setang kemudi yang terlihat miring, tidak presisi dengan roda depan.

Masih di dalam mobil, sambil menahan perih di beberapa bagian tubuh yang luka, kucoba menggerakkan kaki, tangan, dan bagian persendian lain yang terjangkau untuk kugerakkan. Bisa. Tidak ada luka dalam ternyata, tidak ada yang patah tulang atau sejenisnya. Alhamdulillah.

Seperti itulah gambaran saat itu. Senin malam, 7 Maret 2011, setelah maghrib. Dalam perjalanan pulang ke kost’an dari kantor, aku mengalami musibah, sebuah kecelakaan, dalam keadaan lapar, karena belum sempat makan untuk berbuka.

Ada saat-saat dimana aku merasa begitu menyesali semuanya. Coba aku tadi menunggu hujan reda, coba aku tadi makan dulu sebelum pulang, coba aku tadi tidak memacu revo terlalu kencang, coba aku tadi tidur di kantor seperti biasa, coba, coba, coba, dan coba. Sempat aku mempunyai fikiran seperti itu.

Tapi ada juga waktu dimana aku begitu menerima dan sangat mensyukuri apa yang masih tersisa. Alhamdulillah aku jatuh ke bagian kiri badan jalan, alhamdulillah aku cuman lecet sedikit saja, alhamdulillah aku tadi jatuhnya masih di jalan yang banyak rumah penduduknya, alhamdulillah velg motor tidak apa-apa, dan masih banyak hal lain yang harus kusyukuri atas kejadian yang aku alami.

Fa bi-ayyi aalaa-i robbikumaa tukaddzibaan,,

Maka nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang kamu dustakan,,

Mungkin akan ada begitu banyak hikmah yang sengaja Alloh persiapkan dibalik kejadian itu, namun aku masih takut untuk menyebutnya sebagai musibah, teguran, atau malah adzab. Kucoba ambil sisi baiknya saja. Mungkin Sang Maha Kasih sengaja mengingatkanku dengan cara yang Dia pilih. Mengingatkankau untuk lebih berhati-hati, lebih mensyukuri nikmat, dan yang lebih penting adalah Dia mengingatkanku untuk lebih mengingat akan keberadaanNya.

Ya Alloh,, terima kasih Engkau masih memberikanku keselamatan, masih memberiku kehidupan, masih memberiku kesempatan untuk mewarnai hidup lebih lama lagi di dunia ini. Terima kasih juga Engkau telah menganugerahkan orang-orang yang begitu mencintaiku di sekeliling hidupku, kedua orang tuaku, sang terkasih, teman-teman terbaik, sahabat-sahabat sejati, dan semua yang telah mencurahkan cinta begitu tinggi dalam kehidupan ini.

Engkau telah memberiku kesempatan, kenikmatan, dan segalanya lebih dari yang bisa aku fikirkan. Akan kugunakan semuanya dengan sebaik-baiknya. Demi masa depan, dan demi orang-orang yang mencintai dan kucintai.