Sunday, April 17, 2016

menjemput pagi di warung angkringan


Kok rasa-rasanya blog ini udah menjadi seperti travel blog aja yah, hehe. Isinya melulu tentang satu report trip yang disambung dengan report trip lainnya. Biarlah kali ini kuseling dengan bacaan santai.

Belum lama, di deket kantorku ada tempat nongkrong baru, sebuah angkringan seperti kebanyakan di daerah Semarang, Solo, maupun Jogja. Jadi aja tempat itu menjadi favorit aku, juga beberapa teman kantor untuk sekedar ngobrol atau menikmati segelas jahe susu panas yang wanginya, hmm. Saking seringnya aku ke sana, aku jadi kenal dengan mas-mas penjaga angkringan tersebut, dia mengaku namanya adalah Kisut. Oke, panggil aja Mas Kisut, pria asal Klaten, Jawa Tengah.

Mas Kisut kini sudah akrab dengan teman-teman kantorku juga. Pembawaannya yang gampang bergaul dan enak diajak ngobrol menjadikan kami cepat akrab dengannya. Apalagi aku, yang selalu menggunakan bahasa Jawa sebagai sarana obrolan antara kami berdua. Lumayan mengurangi kangenku akan Bahasa Jawa. Terasa ada yang seru aja kalau ketemu dengan orang-orang yang nyambung diajak ngobrol Jawa di sini, di tanah Parahyangan.

Walopun gak tiap malem, tapi aku termasuk sering dateng ke angkringan Mas Kisut. Entah sekedar minum teh susu, ngabisin segelas susu jahe, atau cuman duduk ngobrol aja, ngilangin suntuk setelah seharian lelah bekerja. Aku seneng di tempat ini, nyaman. Aku bahkan pernah sampe ngobrol hingga dini hari di sini.

Berbagi cerita tentang hal apapun dengan Mas Kisut adalah seperti melakukan suatu pekerjaan tak berujung  yang tiada habisnya. Selalu saja ada cerita yang menarik untuk dibahas, selalu aja ada hal asyik untuk dikisahkan. Saling tukar pengalaman, saling tukar wawasan dan isi pikiran.

Bukan cuman Mas Kisut sebenernya yang menjadi teman ngobrol di angkringan ini, pelanggannya yang multi kultural lintas kasta masyarakat adalah juga hal yang menarik, sangat menarik bahkan. Ada bapak-bapak kantoran, ada mas-mas sales yang keseharianya selalu di lapangan, sampai ke sopir truk dengan beragam bahan angkutan dan tujuan. Selalu asyik ngobrol dengan mereka.

Dari mereka lah aku bisa dapetin cerita tentang berbagai kisah hidup dari beragam subyek yang berbeda-beda. Juga tentang pengalaman bagaimana seorang supir truk pembawa sayuran dari Jawa Tengah harus berjuang agar muatannya tetap segar sampai Jakarta. Ah, terlalu banyak pengalaman hidup di angkringan kecil ini. Aku sangat menikmati ini.

Semalaman rasanya tak cukup untuk berada di sini. Hal-hal yang mendewasakan diri bisa ditempa di tempat seperti ini. Cukup dengan modal segelas atau dua gelas minuman hangat, semua pelajaran kehidupan yang keluar dari penjelasan “dosen-dosen” jalanan tadi akan dengan gratisnya kita dapatkan, tinggal kosongin aja diri kita dulu untuk bersiap nerima semuanya. Ambil yang baik-baiknya, terapin di kehidupan.

No comments:

Post a Comment