Sore
itu, kamis di pertengahan bulan Februari, tepat di tanggal 18 selepas jam
kerja, aku berangkat ke Malang. Seperti biasa, terminal Harjamukti adalah start
awal keberangkatan, tetap dengan PO yang sama dengan trip arah Malang sebelumya,
mengharapkan peruntungan untuk dapat menjajal armada terbaru Handoyo.
Namun
naas, sepertinya dewi fortuna bener-bener belum berpihak padaku untuk trip
Malang ini, kembali aku dapatkan armada Handoyo yang sudah aku naiki untuk ke
sekian kalinya. Tidak ada hal yang menarik untuk dibahas, armada sama, kru yang
sama, juga dengan tujuan yang sama.
---
Sampai
di Malang keesokan harinya, masih cukup pagi saat sampai di terminal Arjosari.
Jalanan cukup lancar sehingga armada Hino Handoyo bisa dipacu dengan maksimal
dan bebas melenggang di jalanan aspal. Ojek adalah moda transportasi berikutnya
yang aku pilih untuk menuju rumah Nenek di kawasan Tlogo Mas, bersebelahan
dengan rumah Kakak.
Oh
iya, hari Jum’at ini aku cuti, mangkanya aku bisa berangkat kemarin di Kamis
sore sepulang kerja. Lumayan ada tambahan hari untuk menghajbiskan weekend di
Malang dari pada hanya mengandalkan Sabtu-Minggu saja.
Setelah
berbasa basi dengan keluarga di Malang, mulai dari Nenek, kakek, tante, om dan
semua yang di sana, termasuk dengan orang-orang yang ngekost di rumah Nenek,
aku sempatkan untuk mengunjungi pusara Kakek, sebagai bentuk penghormatan atas
segala kasih dan sayang yang telah kakek berikan selama ini. Tangan tertengadah
dan doa-doa mengalir dari bibir ini, khusus untuk sang Kakek di alam sana.
---
Sepertinya
penyakit capek nulis mulai muncul, hehe. Oke, catatan perjalanan iki akan aku
persingkat, hahaha. Setelah mengunjungi pusara Kakek, aku dan kakak muter-muter
kota Malang, sekalian sambil kuliner dan ambil tiket pulang di kantor Gunung
Harta di kawasan Klojen. Rawon Tessy menjadi pilihan untuk sarapan pagi itu,
tempatnya ada di dekat Stasiun Malang.
---
---
Hari
Sabtunya, jadwal hari ini adalah berkunjung ke rumah Tante dan Om di daerah
Sumber Pucung di Kabupaten Malang, diteruskan ke Sumber Maron, sebuah kawasan
wisata alam yang juga di daerah Malang Selatan. Di Sumber Maron, kita bisa main
air, sekedar berendam, menikmati guyuran derasnya air, atau juga bisa tubing,
atau biasa disebut dengan single rafting, yaitu arung jeram yang menggunakan
ban dalam sebagai perahunya.
---
Minggu
siang, saatnya kembali pulang menuju Cirebon, dengan menggunakan armada Gunung
Harta dari terminal Arjosari. Sempat dag dig dug tentang armada yang nantinya
akan didapat, jangan-jangan SHD yang diidam-idamkan, atau malah dapat zonk
dengan Hino RG seperti perjalanan sebelumnya.
Tapi,
dewi fortuna lagi baik kali ini, armada Malang sore ini adalah Scania K360
berbaju New Setra Jetbus HD2 garapan karoseri Adiputro. Armada bernomor lambung
GH 117 dengan nomor polisi N 7177 UA ini akan siap mengantarku menuju Cirebon.
Mantap. Melaju di aspal pantura bersama burung Griffin adalah sebuah
kebahagiaan yang luar biasa.
Kru
GH 117 ini sangat ramah, saking ramahnya, Bapak Driver sampai menawar-nawarkan
gorengan yang baru saja dibelinya kepada kami para penumpang, bapak Driver itu
sampai berjalan di sepanjang lorong bagian depan, sekaligus membawa tissue
sebagai persiapan barangkali ada penumpang yang menyambut tawarannya. Tidak
hanya itu, tutur kata dan tipikal orangnya pun sangat ramah. Belum pernah aku
menemui sosok Driver seramah ini sebelumnya.
---
Sampai
di rumah makan di daerah Tuban, bertemu dengan saudara kembarnya asal Surabaya,
GH 118 dengan dapur pacu dan baju yang sama. Juga ada armada Banyuwangi GH 115
dengan mengusung mesin Mercedes Benz OH 1626 dengan baju yang sama dengan GH
117 dan 118.
Menikmati
suguhan service makan yang lagi-lagi begitu istimewa. Kembali untuk pertama
kalinya aku mendapati service makan sebuah bus malam dengan menu sate ayam. Ini
keren loh. Tidak cukup dengan service makan yang wah, setelah beres service
makan, armada kembali dijalankan, kali ini kru memutar film di layar televise
layar datar 40 inch yang terletak di kabin bagian depan. Suguhan yang baru aku
temui selama mencoba berbagai bus malam.
Tak
jarang televise di beberapa bus malam itu hanya sebuah pajangan belaka, atau
kalaupun dihidupkan, hanya untuk memutar VCD lagu-lagu dangdut aja, tapi kali
ini bener-bener film yang diputar. Puas sekali rasanya mendapati armada dengan
pelayanan seperti ini.
Kepak
Griffin membelah pantura begitu dahsyat. Perjalanan ini harus kuakhiri di jam
2.30 dini hari. Pencapaian yang luar biasa, sampai di Cirebon sepagi ini.
Mantap. Terima kasih Gunung Harta, terima kasih kru GH 117.
No comments:
Post a Comment