Coretan
kali ini berkisah tentang kepulanganku. Pulang menuju rumah, pulang menuju
keluarga. Sudah sekitar tujuh bulan dari kepulanganku ke Banyuwangi, aku belum
pernah pulang lagi. Terakhir pulang bulan Mei dan sekarang sudah Desember.
Urusan
pengajuan cuti sudah beres semua, mulai dari tanggal 17 sampai dengan 27, aku
free. Lumayan panjang, walaupun tidak bisa sampai libur pergantian tahun karena
aku harus on call tahun baru, tapi paling gak sepuluh hari itu cukup. Segala
urusan tiket juga sudah beres. Plan-ku, perjalanan ini akan kubuat
berputar-putar, tidak langsung menuju Banyuwangi dari Cirebon, tapi berputar
dulu dengan transportasi lintas moda.
Trek
perjalanan yang kususun adalah Cirebon – Yogyakarta – Semarang – Jepara –
Banyuwangi. Perjalanan Cirebon – Yogyakarta aku percayakan kepada perusahaan
negara PT. Kereta Api Indonesia dengan KA Eksekutif Taksaka. Perjalanan
Yogyakarta – Semarang – Jepara aku setting menggunakan travel Bejeu dengan
armada barunya Hino Dutro. Sedangkan untuk trek Jepara – Banyuwangi kembali aku
percayakan ke PO. Bejeu dengan trayek Jepara – Denpasar.
Sebenarnya
untuk trek Jepara – Denpasar aku pengen nyobain PO asal Bali yang sudah
melegenda, PO. Surya Bali. Aku sudah telepon agennya di terminal Jepara bahkan.
Namun karena jam kedatangan travel Bejeu di Jepara dari Yogyakarta yang terlalu
mepet dengan keberangkatan Surya Bali, aku urungkan reservasi tiketnya.
Jadinya, perjalanan ke Banyuwangi kembali aku percayakan kepada PO. Bejeu
dengan jaminan bahwa aku tidak akan ditinggal, karena jam keberangkatan bis
adalah jam 14.00, berbarengan dengan jadwal kedatangan travel, kalau ada macet
atau apa di jalan kan bisa kacau. Tidak apalah, paling tidak aku bisa nyobain
bis impian, Bejeu, si Hitam asal Jepara.
Mengapa
memilih travel Bejeu? Yang jelas adalah karena aku pengen nyobain armada baru
itu. Armada dengan mesin Hino Dutro dengan kabin yang sangat nyaman. Pertama
kali aku melihatnya adalah di akun Instagram PO. Bejeu. Langsung jatuh cinta
pada pandangan pertama. Alasan lain adalah karena jamnya yang memang pas.
Berangkat dari Yogya jam 8:30. Menyediakan waktu yang cukup untukku buat
keliling Yogya, karena Taksaka mendarat di Stasiun Tugu jam 4.20 kalau tepat
sesuai jadwal.
Oke,
semua urusan sudah beres. tinggal menunggu hari keberangkatan saja.
----
Rabu,
16 Desember 2015.
Sore
itu, kerjaan kantor gak juga beres. Jam sudah menunjukkan pukul setengah lima.
Santai. Taksaka berangkat 23:44 kok malam ini. Masih ada banyak waktu. Kembali
kuteruskan pekerjaanku. Lepas waktu Magrib, kerjaanku beres. Rapi-rapi meja
kerja karena akan ditinggal lumayan lama. Langsung cus ke kosan buat mandi dan
ambil backpack.
Sebelum
mandi, aku sempetin sms travel Bejeu yang akan membawaku besok dari Yogyakarta
menuju Jepara, pada saat reservasi beberapa hari yang lalu, aku lupa nanya
dapet seat berapa soalnya. Tapi, betapa shock-nya aku pas dapet balesan dari
pihak travel.
Whatt??
Travel besok pagi gak jalan?? Trus gimana donk nasibku? Kubalas sms itu dengan
mengatakan “Kok mendadak mas ngabarinnya? Kenapa gak dari kemaren?” Dan jawaban
dari pihak travel adalah, mereka juga baru dapet info dari kantor katanya.
Haduuuh. Kubalas lag isms tersebut, sama masnya aku minta direkomendasikan
travel lain untuk jurusan yang sama yang kira-kira bisa aku pilih sebagai
pengganti. Mas travel Bejeu menyarankan aku pake Kartika Travel. Oke.
Kuhubungi
nomor Kartika area Yogya, mereka mengatakan bahwa armada yang digunakan adalah
Luxio, My God,, jarak sejauh itu pake Luxio? Tapi mbak di kantor Kartika
mengatakan bahwa perjalanan untuk besok pagi sudah penuh. Oke, Kartika skip.
Saatnya
googling, nemu beberapa travel seperti Day Trans, Central Java Travel, dan yang
lainnya. Kuhubungi satu persatu, semuanya gagal. Ada yang penuh, ada juga yang
jam keberangkatannya tidak sesuai dengan jadwal trip-ku. Mungkin sudah saatnya
menjalankan plan B.
Plan
B adalah mengganti moda transportasi travel dengan bus. Menggunakan bus dari
Yogyakarta ke Jepara. Namun yang jadi masalah di sini adalah bus dari Semarang
ke Jepara itu yang gak oke banget. Bis tiga perempat yang hampir dipastikan
seluruh armada trayek ini terbilang tua. So, kudu gimana?
Tenang,
tenangin diri sejenak. Handuk yang dari tadi ngelingker di leher kubiarkan
begitu saja, rencana mandi tertunda karena ada insiden travel yang gak jadi
berangkat. Oke, muncullah ide, naik bis dari Yogya ke Semarang, trus nyambung
travel Bejeu armada Elf menuju Jepara. Langsung kuraih Nokia C7-ku, kutelepon
kantor travel Bejeu Semarang, berharap masih ada seat untuk keberangkatan besok
di jam 11an tujuan Jepara. Mujur, seat masih ada. sekalian saja kuceritakan dan
kutanya-tanya Bapak agennya, posisiku dari Yogya ke Semarang, mau ngejer Bus
Bejeu tujuan Denpasar, awalnya mau naik travel Bejeu yang dari Yogya, cuman
barusan diinfoin kalo gak berangkat, makanya saya naik Bus dulu ke Semarang,
kekejer enggak kalau pake yang jam 11.00? Bapaknya ngejawab, insya Alloh
kekejer, apalagi naik busnya sama Bejeu-nya. Kutanyakan juga, dari Bus, saya
enaknya turun di mana biar travelnya gampang ngejemputnya? Bapaknya nyaranin
buat turun di depan RSI Sultan Agung. Bapaknya baik banget nerangin
detail-detailnya. Makasih banget Bapak Agen Bejeu Semarang.
Selanjutnya,
googling buat naik bus dari Yogya ke Semarangnya. Dari googling ini aku baru
tau kalo dari Yogya ke Semarang itu naiknya dari terminal Jombor, bukan dari
Giwangan seperti dugaanku sebelumnya. Bus Patas untuk rute ini hanya dilayani
oleh dua PO, yaitu Nusantara dan Ramayana. Okesip. Bekal udah didapet, paling
gak besok udah ada bayangan tentang Yogya ke Jepara, gak buta-buta banget
walaupun pada dasarnya aku sama sekali gak ngerti di mana itu Jombor, di mana
itu RSI Sultan Agung. Hahaha. Saatnya mandi, mandi yang tertunda.
---
Ransel
yang kubawa malam ini tidak terlalu besar, ransel buat laptop malah yang
kugunakan, hanya ada satu potong celana, satu potong kaos di dalamnya dan
beberapa barang pribadi seperti alat mandi dan yang lainnya. Baju-baju buat
keperluan pulang ini sebelumnya sudah aku paketin terlebih dahulu berbarengan
dengan foto-foto wisuda, karena takut lecek kalau foto-foto itu harus kubawa
dengan ransel saat mudik. Jadi foto-foto itu berangkat duluan via paket Pahala
Kencana, daripada cuman maketin foto, sekalian aja sama baju-baju ganti selama
buat di Banyuwangi nanti. Hehe.
Masih
terlalu sore saat aku sampai di pusat kota Cirebon apabila dibandingkan dengan
keberangkatan Taksaka, perjalanan dari kosan menuju pusat kota ini aku
menggunakan angkot sebagai armada transportasi, sudah sangat lama aku tidak
naik angkot di Cirebon, itung-itung nostalgia.
Cari
makan, itu yang terlintas sekarang. Pekerjaan di kantor seharian tadi cukup
menguras perut ternyata. Saatnya hunting kuliner. Sate kambing adalah menu yang
kupinang malam itu, lengkap dengan sop nya. Mantap.
Malam
itu setelanku bener-bener seperti seorang backpacker. Sendirian, kaos oblong,
tas selempang kecil, ransel, celana jeans, dan sandal gunung. Pantas saja, saat
beres makan, banyak abang-abang becak yang nawarin jasanya. Oke. Perjalanan ke
stasiun tidak terlalu jauh, becak bisa diandalkan untuk membawaku ke sana.
Tarik Baaang,,
Sampai
di Stasiun, masih sekitar jam setengah sepuluhan, masih sangat lama. Aku
sempetin ke toilet sebentar dank e Indomaret buat beli minum. Langsung menuju
ruang tunggu, ngeluarin novel Ayat-Ayat Cinta 2 yang beberapa hari kemarin
kubeli, memang kupersiapkan untuk perjalanan ini.
Suasana
stasiun Cirebon malam itu cukup ramai, tidak seperti bayanganku sebelumnya,
stasiun bakal sepi karena liburan masih jauh. Banyak juga ternyata orang yang
bepergian malam ini. Waktu terus kuhabiskan dengan lembaran-lembaran novel sambil
sesekali memperhatikan para penumpang yang datang dan pergi seiring dengan
berangkat dan tibanya kereta api.
Melalui
pengeras suara, Taksaka diinformasikan akan datang jam 00.15, terlambat hampir
setengah jam dari jadwal yang tertulis. Karena waktu sudah semakin dekat dengan
kedatangan kereta yang akan membawaku ke Yogya, aku lakukan boarding pass
dengan menunjukkan ID dan tiketku, langsung masuk menuju ke jalur kedatangan
kereta.
Ini
adalah pertama kalinya aku naik Taksaka. Kuamati keadaan gerbong, interiornya
sudah terlihat tua, kusam. Tidak jauh beda dengan kereta Cirebon Ekspres
ataupun Mutiara Timur Exe yang pernah aku naiki. Malam itu, gerbong Taksaka
penuh. Aku adalah satu-satunya penumpang yang naik dari stasiun Cirebon ini.
Merasa spesial karena kereta ini berhenti hanya demi aku, padahal tanpa aku pun
kereta ini juga akan berhenti di Cirebon, emang udah jadwalnya gitu, hehehe.
Partner
dudukku adalah seorang bapak yang sudah terlelap dalam balutan selimut Reska.
Beliau hanya terbangun sebentar dan menolehku sepintas sebagai jawaban atas
ucapan permisiku mohon izin duduk di sebelahnya, sesuai dengan seat yang
tertulis di tiket.
Entahlah,
seberapa cepat Taksaka merayap, keadaan di luar jendela gelap, sama sekali tak
terlihat. Seorang bapak kondektur yang didampingi oleh beberapa orang lagi
mendatangaiku untuk pemeriksaan tiket sekaligus mencatat tampat turunku
nantinya. Bapaknya ramah, juga santun. Mungkin sudah begitu SOP pelayanan
kondektur.
Aku
mencoba untuk tidur, namun sangat sulit rasanya. Aku butuh tidur, karena
disamping memang gak bisa menikmati perjalanan karena pemandangan di luar
begitu gelap, aku juga butuh stamina dan kondisi yang fit buat esok hari, baik
saat di Yogya maupun saat dalam perjalanan ke Banyuwangi.
Namun,
semakin kupaksa untuk berusaha tidur, sepertinya mata semakin juga tak mau
meredup. Kupandangi televise yang menggantung di dinding gerbong tak jauh di
depanku, sudah tidak lagi menampilkan film, berganti dengan iklan internal PT.
KAI yang ditayangkan berulang. Belum juga ngantuk. Gawat.
Kuambil
novel, mungkin dengan membaca, mataku jadi pedas dan rasa kantuk akan datang.
Kucoba cara ini. Waktu berjalan lebh dari satu jam, halaman demi halaman sudah
habis kubaca, belum juga berhasil. Gustiii. Kukembalikan novel itu ke ranselku,
kini aku pasrah. Kuposisikan badanku ke posisi ternyaman, biarlah kantuk itu
datang dengan sendirinya.
Terakhir
aku lihat jam tangan adalah jam tiga dini hari, setelah itu sepertinya aku
tertidur. Namun tidak lama, sekitar jam empat lebih aku terbangun, mata masih
sangat ngantuk, namun sepertinya ini sudah mau nyampe stasiun Tugu Yogyakarta.
Mbak-mbak pramugari mulai berjalan mengambil kembali selimut-selimut yang
digunakan oleh para penumpang. Beberapa penumpang juga sudah mulai
mempersiapkan barang bawaannya. Dan benar saja, tidak lama kemudian, melalui
speaker di dalam gerbong, otoritas Taksaka yang bertugas malam itu mengumumkan
bahwa kereta akan sampai di Stasiun Tugu beberapa menit lagi. Pengumuman itu
disampaikan dalam dua bahasa, Indonesia dan Inggris, lengkap dengan ucapan
permohonan maaf dan terima kasih atas layanan yang telah diberikan PT.KAI.
---
Ini
adalah untuk pertama kalinya dalam sejarah kehidupan seorang Reza menginjakkan
kakinya di Stasiun Tugu Yogyakarta. Musholla adalah tempat pertama yang kutuju,
kutanyakan kepada seorang petugas kemanan stasiun tentang letaknya. Syukur
kepada Alloh kupanjatkan karena sejauh ini selalu diberi keselamatan dalam
perjalanan ini.
Stasiun
Tugu saat itu sedang direnovasi, banyak bagian yang ditutup oleh pagar seng
agar tidak terlalu mengganggu konsumen kereta api. Keluar dari komplek stasiun,
puluhan driver taksi dan ojek menyambut menawarkan jasanya. Kutolak semuanya
dengan sopan, belum saatnya. Tujuanku berikutnya adalah mencari kamar mandi
umum di sekitaran stasiun. Yogyakarta shubuh masih relatif sepi ternyata.
Kutemukan bangunan bertuliskan kamar mandi umum di dekat komplek stasiun yang
dijaga oleh seorang bapak sepuh. Lumayan bersih. Kutitipkan ranselku kepada
bapak tersebut dan aku segera mandi, menyambut segarnya air Yogya pagi itu.
Beres
mandi, sambil berjalan santai kutelepon rumah, kukabarkan bahwa posisiku sudah
di Yogyakarta, dan perjalanan ke Banyuwangi akan dimulai nanti siang,
kemungkinan sampai paling besok shubuh. Orang rumah sudah menyadari hal ini,
bahwa anak lelakinya suka jalan-jalan, untuk urusan pulang pun, tidak langsung
pulang, malah mencari rute yang anti mainstream. Hehehe.
Kuterima
tawaran seorang tukang ojek yang menwarkan jasanya padaku usai telepon
kuakhiri. Kukatakan kepada Bapak ojek bahwa tujuan utamaku adalah Terminal
Jombor, namun aku minta diantar berputar-putar terlebih dahulu di seputaran
Yogya, melihat spot-spot bagus dan mungkin bisa mengabadikannya, tidak usah
yang terlalu jauh, karena sesuai jadwal, aku harus udah di Semarang sebelum jam
11 siang nanti.
Mulailah
eksplor Yogya ini dimulai, dengan diselingi ngobrol ringan dengan Bapak Ojek
kami bercengkrama, menyaksikan suasana pagi hari kota Yogya yang sudah
menggeliat. Bapak Ojek membawaku berkeliling di jalanan Malioboro, suasana
masih lumayan sepi. Tampak beberapa mobil melintas, namun memang masih belum
terlalu ramai.
Selanjutnya
Bapak Ojek mengantarkanku ke beberapa tempat yang bisa kuambil gambarnya untuk
kuabadikan.
Setelah
berputar-putar, kutanyakan ke Bapak Ojek tempat sarapan yang khas di Yogya,
kutawarkan juga kepada Beliau untuk turut sarapan pagi denganku hari ini.
Lumayan buat teman ngobrol sambil menikmati hidangan khas Yogya nantinya. Bapak
Ojek paham akan maksudku dan segera mengarahkan motornya menuju tempat sarapan.
Aku sedikit terkejut saat nyampe, ternyata Bapak Ojek membawaku ke sini, tempat
yang ramai dibicarakan oleh traveller, tempat makan yang banyak diuanggah di
beberapa blog yang direkomendasikan buat dicobain. Terima kasih Bapak, ini
adalah sebuah kejutan, monggo sarapan, Pak.
Ternyata
rasa gudeg asli Yogya ini diluar bayanganku. Aku yang biasa makan gudeg di luar
Yogya, sedikit kaget dengan rasa gudeg asli ini. Rasa manisnya tajam. Lidahku
sepertinya sedikit shock menerima sayur semanis ini. Buatku pribadi, kok agak
aneh memadukan sayur semanis ini dengan nasi. Mungkin lidahku saja yang gak
biasa, buktinya orang lain suka, buktinya Bapak Ojek yang makan di depanku juga
suka. Hmm. Lanjut sarapan lagi,,
Beres
sarapan, kubilang ke Bapak Ojek bahwa jalan-jalannya ducukupkan saja, setelah
ini bisa langsung lanjut ke Terminal Jombor. Takut telat ketinggalan travel
Semarang, hehehe.
---
Di
jalur pemberangkatan Patas Terminal Jombor pagi itu sudah terparkir dua unit
Bus, Nusantara dan Ramayana, tepat seperti di sebuah Blog yang semalam aku
baca, untuk rute Yogya – Semarang hanya dilayani oleh dua PO ini di kelas
Patas.
Naik
Nusantara sudah terlalu mainstream, sudah sering walaupun dengan rute yang
berbeda. Tapi Ramayana? Wajib dicoba. Pengen ngerasain sensasi naik pemanah
ini. Ramayana body Ventura buatan Morodadi Prima. Nusantara saat itu sudah
terparkir di jalur pemberangkatan, sedangkan Ramayan masih di belakangnya,
berangkat setelah Nusantara. Tak apalah, ngetemnya juga tidak akan lama, masih
bisa ditelerir buat nyampe di Semarang tepat waktu.
Tak
lama, Nusantara berangkat meninggalkan Jombor, majulah Ramayanan mengisi tempat
yang ditinggalkan oleh Nusantara. Seorang bapak yang barusan memajukan Ramayana
berteriak memanggil-manggil penumpang. Aku langsung cus masuk ke kabin
Ramayana, harum semerbak memenuhu rongga hidung. Nyaman. Segera kuamankan
tempat duduk paling depan sebelah kiri dekat lorong agar pandangan lebih luas
ke arah depan. Tas kuletakkan di bagasi atas dan langsung kurebahkan badan
mengamati keadaan terminal dari dalam kabin Ramayana.
Tak
lama kemudian, ketenanganku diusik oleh seorang lelaki remaja, dia mengatakan
bahwa seat itu miliknya dan rombongannya, dia mengatakan bahwa keempat seat
depan telah dibooking sambil menujukkan tiket di tangannya. Loh kok? Segera
kutanyakan kepadanya, emang bookingnya di mana? Dia memberitahuku agen Ramayana
yang ternyata ada di sebelah kanan shelter keberangkatan Patas, persis di depan
shelter Trans Yogya. Kuucapkan maaf kepada rombongan tersebut dan segera
kuaraih tasku, berjalan turun dari bus langsung menuju agen Ramayana.
Mbak
agen memberikanku selembar tiket setelah kutukar dengan sejumlah uang yang
tertera di sana. Mbak agen mengatakan bahwa memang banyak penumpang tak
bertiket, banyak penumpang yang langsung disuruh naik oleh sejumlah oknum crew
untuk mencari keuntungan pribadi. Dengan kejadian ini aku bersyukur dan kecewa,
bersyukur karena aku tidak jadi menjadi sarkawi karena katidaktahuanku, juga
kecewa karena tidak bisa menempati hotseat, seatku kini berada di urutan ketiga
dari depan, sebelah kanan pinggir kaca.
Ramayana
bergerak perlahan meninggalkan terminal Jombor, selamat tinggal Yogya. Sang
Pemanah mulai berlari dengan mantap. Tidak ada suara kriyet-kriyet suspensi
yang terdengar dari dalam kabin, sangat nyaman, ditambah dengan dinginnya
hembusan AC yang semakin membuatu berubah menjadi bobomania ini nantinya.
Pemandangan yang disajikan oleh semesta yang tersaji melalui jendela di
sebelahku benar-benar membuatku kagum akan alam ini, Indonesia. Dataran tinggi,
hutan dan hijau adalah perpaduan untaian zamrud semesta.
Ramayana
berhenti di sebuah agen yang entah itu daerah mana, menaikkan beberapa
penumpang yang salah satunya adalah seorang ibu yang menempati seat di
sebelahku. Aku berbincang sejenak, ternyata ibu itu juga turun di RSI Sultan
Agung, tujuan kita sama.
Rasa
kantuk semakin menjadi, pasti ini gara-gara semalam kurang tidur, ditambah
dengan kenyangnya setelah menyantap gudeg tadi pagi. Aku tidur-tidur ayam,
sesekali masih kulirik persembahan semesta di luar sana, juga jalan yang
meliuk-meliuk.
Entah
sudah berapa lama aku tidur-tidur ayam, sampai akhirnya aku melewati perusahaan
karoseri ternama asal Ungaran, yah Ramayana lewat di seberang Laksana, untuk
pertama kalinya aku melihat kantor karoseri ini. Ramayana kemudian masuk ke tol
yang entah aku juga gak tau itu gerbang
tol apa, tidak sempat melihat dan membaca. Di tol, Sang Pemanah melesat
laksana anak panah, gas dibejek habis oleh Bapak Driver. Sampai akhirnya,
perjalananku pun harus diakhiri, selepas keluar tol dan berputar arah, aku
turun tepat di depan RSI Sultan Agung, juga ibu yang duduk di sebelahku.
Cuaca
saat itu sedang gerimis yang lumayan deras, seperti hujan malah. Aku berlari
menuju pos security RSI,kutanyakan kepada Bapak Security apakah ada masjid atau
musholla di dalam rumah sakit ini, ternyata ada, dan beliau menjelaskan
arah-arahnya. Itulah tempat yang kucari, tempat untuk sekedar melepas lelah dan
menghabiskan waktu sampai penjemputan travel Bejeu yang akan membawaku ke
Jepara. Daripada harus berbasah-basahan dengan hujan di luar sini.
---
No comments:
Post a Comment