Aku
sudah berada di dalam kabin teravel Bejeu bermesin Isuzu Elf ini. Drivernya
adalah seorang lelaki muda, masih sangat muda malah kalo dilihat dari
penampilannya. Travel itu lumayan penuh siang itu, di sebelahku ada dua cewek
yang sepertinya anak kuliahan menempati seat 3 dan 4, sedangkan di belakangku
di seat 6, 7 dan 8 juga penuh dengan penumpang lain, menyisakan seat paling
depan sebelah driver yang masih kosong. Aku sendiri menempati seat 5, seat
sebelah kiri, dekat dengan kaca.
Cuaca
masih saja hujan, semakin deras malah, tapi itu tidak menjadi alasan bagi Mas
Driver untuk tidak memacu kendarannya dengan kecepatan tinggi, pedal gas
diinjak dalam-dalam, menerobos lalu-lalang kendaraan di jalanan Semarang.
Kunikmati semuanya, sekaligus menikmati snack yang sudah dibagikan per seat.
Sesuai
dengan pembicaraanku di telepon sebelumnya, saat aku di RSI Sultan Agung, aku
telepon pihak Bus Bejeu, oleh mereka aku disarankan untuk turun saja di garasi
Bejeu di daerah Ngabul, tidak perlu ke Terminal Jepara. Oke, pesan itu juga
udah aku sampein ke Mas Driver.
Perjalanan
Semarang-Jepara plus hujan deras siang itu menempuh waktu dua jam lebih
beberapa menit. Cukup cepat. Aku telah sampai di garasi Bejeu. Turun dari
travel, langsung kutanyakan tiket travelnya karena Mas Driver tidak juga
memberikanku tiket saat aku masih di dalam kabin tadi. Tapi Mas Driver
mengatakan bahwa tidak ada tiketnya. Loh, kok aneh? Tumben travel Bejeu gak
ngasih tiket untuk penumpangnya? “Yaudahlah Mas, gak ada tiket gak papa, berapa
ini tarifnya?” Tanyaku. Tapi jawaban dari Mas Driver justru membuatku makin
terkejut. “Mas ini penumpang yang mau nyambung pake Bus ke Denpasar kan? Nah,
kalo nyambung Bus Bejeu, travelnya gratis, makanya gak ada tiketnya.”
Owalaaah,, begitu ternyata, yowis Mas, rejeki ini, bisa ngurangin budget.
Hehehe.
Ini
toh suasana garasi Bejeu, banyak terlihat bus-bus terparkir, baik yang “sehat”
maupun yang “sakit”. Untuk yang “sakit” tampak beberapa montir yang sedang
“mengobati”. Di sisi yang lain, ada sebuah bangunan yang difungsikan sebagai
kantor, ke sanalah tujuanku.
Di
kantor itu, ada mas-mas bagian tiketing, segera saja aku ke sana. Kukatakan
bahwa aku adalah penumpang tujuan Denpasar yang sudah booking online, mau ambil
tiket. Mas tiket melakukan pengecekan dan validasi dengan komputernya, kemudian
mengambil selembar tiket. “Ada kelebihan harga, Mas.” Katanya. Pada saat
booking online, herga di system adalah Rp 303.00,- dan sudah aku transfer.
Ternyata, harga pada saat hari-H adalah Rp 270.000,- dan kelebihan harga
sebesar Rp 33.000,- akan dikembalikan. Ya ampuun,, kejutan lagi untuk trip kali
ini.
Masnya
akhirnya menyerahkan tiket berikut dengan kelebihan harga yang telah aku
bayarkan sebelumnya. Mas itu juga mengatakan bahwa bus ke Denpasar belum masuk
garasi, mungkin sebentar lagi, katanya sambil menunjukkan lokasi bus saat ini
di komputernya. Bus Bejeu memang terintegrasi dengan GPS, jadi posisi bus bisa
diketahui oleh siapapun asal memasukan kode tertentu. Menu ini ada dalam
aplikasi e-Bejeu yang bisa didownload dari Play Store.
Aku
sempatkan untuk Dzuhur sekaligus Ashar di kantor Bejeu, sambil menunggu
kedatangan Bus. Melihat-lihat keadaan garasi dan segala macam hal yang ada di
sana. Sepertinya enak kerja di sini, bisa liat bus tiap waktu, hehehe.
---
Aku
berjalan dipayungin sama Crew saat akan memasuki armada Bejeu yang akan
membawaku menuju Bumi Blambangan, Banyuwangi. Cuaca memang masih hujan saat
itu. Crew juga membawa satu paket kopi sachet, gula dan teh untuk keperluan
mini pantry di dalam bus.
Dan
subhanalloh Gusti,, busnya cantik banget. Interiornya wow pokoknya. Belum
pernah aku naik bus sekeren ini. Kok ya baru sekarang aku ada waktu buat
nyobain. Langsung dapet hotseat lagi. Mantap.
Yampuun,
ini sih baru namanya bus eksekutif. Seatnya mantap dan jarak antar seatnya juga
lega banget. Snacknya banyak banget, ada air mineral botolan, ada floridina,
pop mie, trus yang didalam kemasan itu isinya ada roti, kacang, sama kripik
pangsit gitu lah, dan permen. Itu juga belom teh dan kopi yang bisa dinikmati
sepanjang perjalanan, tinggal bikin aja di mini pantry. Colokan listrik, ada
dua unit di setiap seatnya, gakan kuatir buat kehabisan batere gadget. Parahnya
lagi, itu bukan selimut yang digantungin di masing-masing seat, tapi bad cover
yang wanginya itu loh,, haduh,, udah bobomania ini pokoknya mah.
Soal
kecepatan, gak perlu diragukan kiranya, bus-bus muria terkenal dengan
kecepatannya yang mumpuni. Kaca depan sebelah kanan ada bekas lemparan batu
cukup menjadi bukti kalo bus ini sering di jalur kanan. Itu terbukti, sejak
keluar dari garasi, Hino RN285 ini sudah dimaksimalkan tenaganya oleh driver
satu yang perawakannya masih paruh baya, sambil mengobrol dengan crew dan
driver dua, yang aku yakin driver dua akan lebih ngotot, dilihat dari
penampilannya, driver dua jauh lebih muda, pasti ngejalanin bisnya juga lebih
berjiwa muda nantinya.
Mungkin
inilah tipikal bus Jepara-Denpasar, banyak banget paket yang harus diambil,
sering berhenti untuk menaikkan paket yang memang semuanya tujuan Pulau Bali.
Santai, ini juga masih di dalam kota Jepara, masih wajar untuk start awal. Ada
saatnya nanti bus ini menunjukkan taringnya.
Masuk
sebentar ke sub terminal mana gitu aku lupa, masih di Jepara tapi. Di sini ada
teman seperjalanan nantinya. Muji Jaya Citra Mandiri Trans berbody Scorpion
Kings juga lagi mampir di sini. Namun, Bejeu berangkat lebih awal meninggalkan
bus dominan orange itu.
Bejeu
mulai dipacu, mesin besar Hino ini menggeram, menggerakkan body bongsor ini
meninggalkan Jepara. Hujan masih saja terus mengguyur. Jalanan sedikit macet
karena hujan yang terus mengguyur memaksa setiap kendaraan tidak melaju cepat
seperti biasanya. Wait, itu ada putih-putih di depan.
Makin
deket makin jelas penampakan si putih. Haha, dan benar saja, itu rekan
seperjalanan juga, bus yang tadinya akan aku naiki namun batal karena jamnya
terlalu mepet, Surya Bali. Kita melaju bersama, mengarungi pantura sampai
Denpasar. Akhirnya Surya Bali pun di-take over saat si putih itu sedang
berhenti di sebuah agen.
Jalanan
Kudus menyambut. Kemacetan parah terjadi, ternyata banjir. banyak rumah di
sepanjangn jalanan Kudus yang mulai tergenang. Dari dalam kaca si Hitam ini
kulihat kesibukan warga, polisi dan juga tim sar. Televisi di dalam kabin saat
itu memutar tembang-tembang lawas, sumpah ini bikin gampang tdur.
Dan
akupun benar-benar menikmati perjalanan ini, lagi-lagi tidur ayam seperti di
kereta api semalam. Tapi masih dapat kusaksikan keganasan RN285 ini melibas
pantura.
Hari
sudah beranjak malam saat itu. Bejeu melintasi jalanan Rembang. Di sebuah
pertigaan, Bejeu ambil kanan, melepaskan dirinya dari Pantura, ada macet
panjang kata crew. Jalanan ini sepertinya pernah aku lalui, waktu dengan Pahala
Kencana. tapi aku belum terlalu yakin. Kubuka map di handphone, track-nya masih
sangat panjang untuk sampai di jalan utama. Ya, sepertinya ini benar jalan itu,
jalan dulu waktu sama Pahala Kencana, jalan tembus ke arah Bojonegoro.
Aku
lapar. Pengan banget makan nasi ini mah. Terakhir makan nasi tadi pagi pas
sarapan gudeg di Yogya. Ini Bejeu mau service makan di mana sih? Masa di Tuban?
Udah malem banget ini.
Dan
ternyata benar, jalanan ini tembus ke lintas Bojonegoro arah Tuban. Bejeu
dipinggirkan di sebuah depot atau rumah makan. Depot Anugerah namanya. Bejeu
service makan di sini. Entah ini memang sengaja makan di sini karena motong
jalan tadi, atau memang ini rumah makan asli buat service-nya, aku gak tau,
wong baru pertama kali ikut Bejeu, hehe, soalnya pihak rumah makan gak nyobek
kupon makan di tiket,
Di
sini service makan gak prasmanan, semuanya diambilin sama pihak rumah makan.
Menu malam itu hanya ada dua pilihan. Nasi rawon, atau nasi pecel. Penumpang
bebas menambah lauk apapun dengan harga yang dibayar sendiri sesuai item yang
ditambahkan. Minumnya bebas pilih, mau es teh manis, atau teh manis panas.
Setelah
beres makan, banyak penumpang yang mayoritas bapak-bapak naik ke bus, bukan
untuk kembali duduk di seatnya, tapi untuk bikin kopi, hehehe, lumayan, gratis.
Aku
sekalian Magrib-Isya di rumah makan ini, enak, mushollanya cukup nyaman, kamar
mandinya juga banyak dan bersih. Beres semua, saatnya foto-foto, tapi sumpah
udah ngantuk banget, hehe.
Bejeu
kembali melaju, kali ini dengan driver dua, mas-mas yang masih muda tadi,
dengan perawakannya yang pendek, Bejeu dijalankan seperti kesetanan, khas bus
muria. Cepat tapi tetap mempertimbangkan aspek keamanan. Cepat, aman, nyaman. Kencengnya
mulus, ngeremnya juga smooth. Enak pokoknya bawaannya.
Kendaraan-kendaraan
besar dan bus bumel menjadi santapan yang sangat gampang. Ada satu armada
pariwisata yang lumayan susah ditaklukkan, sama-sama ngotot. Kusuma Indah, tapi
akhirnya, karena lajunya terhalang truk di depannya, Kusuma Indah mampu di-ove
take dari sebelah kiri oleh Bejeu.
---
Aku
terbangun, mengamati daerah sekitar, PLTU Paiton. Lampu-lampunya menghias
malam, berkilauan seperti sebuah kota kecil. Cukup lama berarti aku tidur,
benar-benar tidur, pulas, akumulasi dari rasa capek mungkin. Masih kuingat,
daerah terakhir yang aku lihat adalah Gerbang Tol Kebomas, dan kini aku
terbangun saat Bejeu sudah melintasi PLTU Paiton.
Kurebahkan
kembali badanku di sandaran seat yang begitu nyaman. Bed cover masih
menyelimuti badan, hangat. Kuperhatikan cara Mas Driver mengendalikan Hino mesin
besar ini, fantastis. Cepat tapi begitu nyaman. Bayangin aja, tidurku sama
sekali tidak terusik dari Gresik sampai dengan Paiton, benar-benar tidak tahu
apa-apa sepanjang jalanan tadi, bobomania. Belum pernah loh dalam sejarah
perbisan, aku bisa tidur selama dan senyenyak itu.
No comments:
Post a Comment