Dia
tahu bagaimana mengayunkan ayunan cukup tinggi untuk membuatmu tertawa senang
tanpa membuatmu takut.
Dia
akan memberimu tempat duduk terbaik dengan mengangkatmu di bahunya saat pawai
lewat.
Dia
tidak selalu memanjakanmu saat kamu sakit, tapi dirinya selalu siap kapan saja
saat dibutuhkan.
Dia
bisa dengan cepat melupakan apa yang sebenarnya dia inginkan agar bisa
memberikan apa yang kamu butuhkan.
Dia
akan dengan mudah menunda waktu makan malamnya saat engkau bilang bahwa kamu
ingin bicara dengannya.
Dia
hanya akan menyalamimu saat engkau berangkat merantau, karena jika dia sampai
memelukmu, bisa jadi dia tidak akan melepaskan pelukannya.
Dia
adalah orang yang bersikap sangat biasa ketika kamu berpamitan merantau, tapi
dialah orang pertama yang akan menyambutmu saat pulang.
Dia
tidak pernah mencoba untuk menjadi yang terbaik, tapi dia hanya melakukan
sesuatu yang terbaik untukmu.
---
Semua
orang pasti tahu dengan sosok ini,, sosok yang selama ini menjadi pelindung dan
pencari nafkah buat kita, sosok yang bisa menjadi seorang pembimbing dan guru
terbaik untuk semua hal dalam kehidupan ini, sosok yang tak asing lagi, ayah.
Ayah,
atau yang biasa aku panggil Abi, berdesir hatiku saat mengucap kata tersebut.
Dengan predikat kepala rumah tangga yang disandangnya, tak kenal lelah mencari
rizki untuk keluarganya, mengobarkan semangat dan menggadaikan keringat untuk
kelangsungan hidup anggota keluarga yang diimaminya, dan aku pun sadar beliau
tak hanya mencari rizki, lebih dari itu, beliau juga mencari berkah dalam
setiap rizki yang diburunya.
Tanpa
peduli apa jenis pekerjaan itu, asal halal dan bisa memberi manfaat buat orang
lain dan keluarganya, beliau tekuni, beliau lakoni. Tak peduli lelah dan payah,
beliau berusaha sekuat tenaganya untuk mencari setetes berkah sang Pencipta di
bumi ini, sekali lagi, bukan demi siapa-siapa, cukup demi keluarga.
Tidak,
beliau bukanlah seorang yang gila harta. Salah jika orang menganggap beliau
hanya memburu rizki saja. Lihat agamanya! Decak kagum dan ungkapan tasbih pasti
senantiasa mengalun sunyi di bibir ini.
Aku
bangga dengan kebanggaan yang penuh atas dirinya. Bangga di usianya yang telah
berumur, semangatnya untuk membenarkan bacaan al-qur’an-nya tak pernah pudar,
semangatnya untuk mendalami akan agama Islam serasa tak kan pernah lekang. Aku
kagum dengan beliau, kagum dengan kekaguman yang meluap, tumpah hingga semesta
pun mendengar.
Semuanya
pasti makin takjub apabila mendengar cerita masa lalunya, sosok yang hingga
kini rajin sholat berjamaah, bertindak sebagai imam atau muadzin di musholla
dekat rumah ini bukanlah alumni madrasah, bukanlah lulusan pesantren, jangankan
pesantren, al-qur’an saja baru terbaca saat usia sekolah menengah atas, dan
itulah yang menjadi pemicu kekagumanku tentang sosoknya.
Abi,
engkaulah anugerah terindah yang Alloh kirimkan untukku. Engkaulah manusia
paling bijaksana yang pernah kukenal. Terima kasih atas doa yang selalu engkau
haturkan di setiap sujud panjangmu, untukku.
Terima
kasih Tuhan, telah menganugerahkan ayah sebaik dia sebagai ayahku.
dedicated for my beloved Dad.
No comments:
Post a Comment