“Ada
bus lagi dibakar, habis nabrak motor… “
Begitulah
kata seseorang di pingir jalan saat aku bertanya tentang penyebab kemacetan
panjang di jalan yang sedang kulewati bersama seorang driver.
Aku
yang malam itu di dalam mobil dengan seorang driver sedang berangkat ke sebuah
tower di daerah kuningan terpaksa harus terhenti dalam sebuah antrean panjang
yang mengular. Kemacetan yang begitu luar biasa. Tampak juga kilatan lampu
rotator dari sejumlah kendaraan patroli polisi yang mencoba mengurai kemacetan
tersebut.
Aku
terdiam, memandangi puluhan pasang lampu berwarna merah di bagian belakang
mobil-mobil yang terhenti di depanku. Ah, sampai jam berapa kemacetan ini akan
terjadi?
Hari
semakin beranjak malam ketika uraian panjang tersebut mulai bergerak perlahan,
maju sedikit demi sedikit. Sampai akhirnya aku melihat bangkai bus yang sudah
menghitam legam, sepekat jelaga, dengan satu unit mobil pemadam kebakaran
berhenti tak jauh dari situ. Kelam.
Inilah
potret kelam sebuah bangsa, sebuah negara yang konon menjunjung tinggi hukum,
citraan masyarakat timur yang katanya santun dan berkepribadian baik. Malam ini
semua itu terbantahkan.
Entah
mereka itu adalah oknum, segelintir orang, atau apapun itu, yang jelas, malam
ini, ketika kakiku masih berpijak di bumi nusantara ini, aku menyaksikan
semuanya. Kebrutalan, keberingasan, amarah, emosi, melebur menjadi satu dalam
suatu wadah aroganisme.
Apakah
mereka tidak berpikir dengan kepentingan orang banyak? Apakah mereka tidak
sempat memikirkan terlebih dahulu efek dari tindakan yang baru saja mereka
lakukan? Apakah mereka akan bertanggung jawab jika seandainya dalam kemacetan
yang mereka akibatkan terdapat sebuah mobil ambulance yang berisi manusia
sekarat? Ibu hamil? Apa mereka melewatkan pertimbangan itu saat akan bertindak
brutal?
Terlepas
dari siapa yang salah dan siapa yang benar dari tragedi kecelakaan malam ini,
sebuah bus yang beradu muka dengan sebuah motor, yang langsung menewaskan dua
orang pengendaranya seketika itu juga, yang katanya keduanya masih berumur
belasan tahun. Yah, terlepas dari siapa yang salah dan siapa yang benar,
semuanya pasti terjadi dalam sebuah ketidaksengajaan. Pasti. Kedua belah pihak
pasti tidak akan pernah menghendaki kejadian itu terjadi menimpa mereka. Lalu
mengapa masyarakat menjadi begitu beringas dan brutal?
Bukankah
negeri ini negeri hukum? Bukankah bangsa ini bangsa yang menjunjung tinggi
hak-hak seorang warga negaranya? Bukankan setiap individu di negeri ini berhak
untuk mendapatkan pengadilan yang adil? Bukan sebuah pengadilan umum yang lebih
bersifat anarkis?
Atau
sudah sebegitu kerdilnya hukum di negeri ini sehingga masyarakat pun bebas
untuk menegakkan hukum dengan aturan main dan cara mereka sendiri?
No comments:
Post a Comment