Saturday, September 12, 2015

Trip Hari Merdeka (1)

Mantap nih, ada libur tiga hari. Libur Agustusan, sayang banget kalau cuman buat leha-leha di kosan gak kemana-mana. Cocok nih kalo buat ngetrip, temanya Agustus, maka jadilah sebuah perjalanan dengan tagline Ngetrip Hari Merdeka.

Namun ngetrip kali ini aku gak sendirian, bukan lagi solo traveller seperti biasanya, kali ini berdua sama temen kantor, cowok (ngenes kan?), Lisanan namanya. Plan berangkat Sabtu pagi-pagi dari Cirebon, tentu saja pake bus, wajib, hehehe. Semua urusan tiket yang butuh reservasi, udah beres, tinggal cus.

Pagi itu, Sabtu, 15 Agustus 2015, dengan cuaca Agustus yang cerah, aku dan Lisanan sudah berdiri di sana,di pinggir Jalan Raya Plumbon. Lengkap dengan setelan travelling masing-masing. Menunggu bus yang akan membawa kami ke Bandung, tujuan pertama trip ini. Harapanku paling gak perjalanan awal ini bisa dapetin bus yang mantep. Line Cirebon-Bandung didominasi dengan Bus lokal Cirebon yang reputasinya tidak terlalu baik, baik dari sisi armada maupun speednya. Kedua PO asal Cirebon yang merajai line ini, PO. Sahabat dan PO. Bhineka, keduanya tidak bisa diandalkan. Sebelum ada tol Cipali, line ini masih punya pesaing dari PO. dalam negeri, DAMRI tujuan Kuningan-Bandung yang armadanya kinyis-kinyis dengan kecepatan dan kenyamanan yang lebih bisa diandalkan. Namun setelah tol Cipali dibuka, DAMRI tidak lagi melintasi Cirebon, langsung cus dari Tol Ciperna arah Bandung.


Tidak lama kami menunggu, datanglah sebuah Bus berwarna merah melaju perlahan menghampiri kami, bus Bhineka berbaju Legacy yang entah hasil jahitan siapa, kurasa bukan dijahit asli oleh karosesi asal Ungaran sebagai pemilik desain aslinya, mungkin ini hasil jahitan garasi Bhineka sendiri. Segera aku dan Lisanan naik, mencari bangku kosong yang bisa dibuat duduk berdua, yes, kami dapet, di sisi sebelah kanan agak ke bagian belakang. Interrior bus dengan dapur pacu MB ini terlihat sudah “sepuh” namun tetap dipaksakan untuk melayani service Patas di line ini.



Perjalanan Cirebon-Bandung ini kami barter dengan harga Rp 55.000,- setiap tiketnya. Di line ini, untuk big bus, semua PO menerapkan tarif yang sama, begitu juga untuk medium bus yang lebih murah Rp 5.000,- dibanding bus besar. Bersyukur kali ini aku bisa dapet big bus, pernah sekali dalam perjalanan ke Bandung aku dapet medium bus-nya PO Sahabat, benar-benar not recommended, jarak antar kursi yang terlalu dekat bener-bener mempersempit ruang gerak, capek.


Perkiraan waktu tempuh Cirebon-Bandung via jalan biasa dengan bus berkisar 5 jam, sudah termasuk dengan istirahat di sebuah rumah makan di daerah Sumedang, belum termasuk jika ada kejadian di luar rencana yang bisa menimbulkan kemacetan panjang di jalur ini. Waktu tempuh kedua kota ini begitu timpang jika dibandingkan dengan perjalanan via Tol Cipali yang kemudian diteruskan dengan Tol Purbaleunyi, cukup 2 jam saja untuk jarak Cirebon-Bandung.

Perjalanan tidak terlalu seru, disamping karena perjalanan sama cowok speed yang biasa-biasa saja, relative pelan bahkan, juga karena perjalanan ke Bandung sudah terasa biasa bagiku, yang dilihat juga cuman itu-itu saja.

Skip, skip.

Lewat tengah hari, bus yang kami naiki akhirnya masuk ke markasnya Kang Mus, Terminal Cicaheum Bandung. Aku, Lisanan dan seluruh penumpang di bus ini turun di sini. Melangkah turun dari bus dan melanjutkan perjalanannya masing-masing.

Aku dan Lisanan segera keluar dari komplek terminal. Lisanan masuk ke sebuah minimarket Alfamart di samping terminal membeli sesuatu. Plan kami, kami akan menuju masjid Agung Kota Bandung untuk Dzuhur dan sekaligus Ashar di sana. Pake apa ke sananya? Bus lagi donk tentunya, hehe.


Kami naik bus kota AC dengan trayek Cicaheum-Cibereum. Armada ini sepertinya dialokasinya buat armada Trans Metro Bandung kalo dilihat dari jahitan karoserinya dengan posisi pintu double di bagian tengah badan bus. Bus bermesin Hino ini sepertinya baru, namun sayang, untuk urusan administrasi tiketing, penumpang tidak mendapatkan tiket sebagai bukti pembayaran.


Perjalanan berasa sangat seru dengan pemandangan aktifias masyarakat Bandung dengan mobilitasnya yang tinggi. Kami memilih seta di deretan paling belakang karena posisinya lebih tinggi dibandingka dengan seat yang lainnya yang memungkinkan pandangan kami bebas melihat ke mana saja. Perjalanan tidak terlalu lama, tidak terlalu macet juga hari itu. Kami sampai di Alun-Alun Kota Bandung.

Foto di bawah bukan foto pas hari-H, tapi itu foto milik aku yang aku ambil malem hari saat ada acara Training di Bandung beberapa waktu yang lalu. Foto Alun-Alun Kota Bandung dengan rumput sintesis dan background masjid Agung yang begitu kokoh. Kami sholat dzuhur dan sekaligus menjamak ashar di sana. Sholat dulu baru muter-muter Bandung, hehe.


Selesai sholat, saatnya kita beraksi, biarin sepatu masih dititipin di penitipan, karena rulenya memang seperti itu, tidak boleh menggunakan alas kaki saat bermain di kawasan alun-alun Kota Bandung. Banyak banget orang pada saat itu. Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, keluarga, pasangan, semuanya memanfaatkan ruang terbuka di tengah kota ini untuk sekedar melepas lelah mungkin, rekreasi, relaksasi, santai. Di sana-sini tampat muda-mudi bernarsis ria dengan kamera bertongsis. Tidak ketinggalan Lisanan, bedanya dia tidak make tongsis, hehehe.

Kami juga sempat jalan-jalan ke Jalan Asia Afrika dan Cikapundung River Spot di deket alun-alun. Bandung siang itu sedikit berawan, jadi tidak begitu panas untuk jalan-jalan. Mantap. Foto-foto berikut adalah foto koleksi pribadi yang diambil bukan pada saat hari-H, namun sama dengan foto sebelumnya, diambil saat Training kapan hari.




Bandung dengan segala kenangannya telah membuatku jatuh cinta dengan kota ini. Aku pernah menetap beberapa bulan lamanya di kota ini sebelumnya. Betah. Kerasan.


Seteah puas jalan-jalan, lapar mulai melanda ... (bersambung)

No comments:

Post a Comment