Pulang
adalah saat yang paling dinantikan karena segala rindu yang tertahan bisa
segera dituntaskan.
Yah,
aku ingin segera pulang, tak sabar rasanya berkumpul dengan keluarga di rumah.
Persetujuan cuti dari atasan sudah didapat, tinggal menunggu hari saja. Namun
sebenarnya masih ada masalah di detik-detik kepulanganku ini, tiket. Betul,
pengelana jauh sepertiku ini butuh tiket untuk perjalanan pulang.
Beberapa
hari yang lalu, aku sudah sempet main ke kantor Pahala Kencana di daerah
Kedawung untuk booking tiket, namun sial, tiket untuk tanggal yang kumaksud
habis katanya, baik untuk armada Bandung, maupun armada Jakarta dan Bogor.
Kereta
api? Haruskah kepulanganku kali ini ditemani si ular besi? Sudah lama aku tidak
menggunakan moda transportasi milik BUMN ini, seingatku terakhir kalinya aku
pulang menggunakan kereta api adalah dengan KA Gajayana tujuan Malang, dan itu
udah duluuuu banget.
So,
bagaimana ini selanjutnya? Tetep kekeuh mau pake bus? Apa mau pake Lorena lagi?
Big No! Pengalaman perjalanan jauh tanpa leg rest dan sering berhenti di agen
untuk urusan naik turun paket bisa jadi mimpi buruk dalam perjalanan nantinya.
Skip. Trus gimana jadinya?
“Gak
mau coba naik Coyo, Mas?” Salah seorang bapak driver di kantor, Pak Yanto,
tanya ke aku. “Hah, Coyo? Apa itu Pak?” Tanyaku. Aku bener-bener asing dengan
nama Coyo. “Bus, Mas. Tujuan Malang, ada agennya kok di Tuparev.” Jelasnya.
Wih, aku baru tau nih, ada bus malam dengan nama Coyo yang ambil trayek
Cirebon-Malang. Patut dicoba nih, pikirku. “Ayolah Pak, berangkat! Bisa anter
saya ke agennya kan?”
Berangkatlah
aku ditemani Pak Yanto ke kantor agen Coyo di jalan Tuparev. Aku sering lewat
jalan ini, tapi kok rasanya aku gak pernah merhatiin ada agen bus malam di situ
yah? Gak lama, nyampe juga di kantor agennya, depan kantor PAM Cirebon
tepatnya. Kantornya kecil, ada tulisan “Bus Malam Cepat Coyo,
Cirebon-Surabaya-Malang” di depan kantornya. Wuih secepat apa bis ini sampe
pasang slogan seperti itu di kantor agennya?
Untuk
pertama kalinya dalam sejarah aku nebus tiket kelas Super Eksekutif, 180 ribu
harganya untuk tujuan Malang. Super Eksekutif itu, kata bapak agennya, hanya
ada 18 seat untuk satu bus, satu seat sebelah kiri dan dua seat di sebelah
kanan, berbaris enam ke belakang. Wuiiih, lega banget donk. Proses transaksi
selesai, setelah sebelumnya aku banyak nanya tentang kira-kira nyampe malang
jam berapa? di Surabayanya masuk terminal gak? Service makan di mana? dan
pertanyaan-pertanyaan lain tentang Coyo, maklum, belum pernah naik dan baru
kali ini kenalan. Uang 180 ribu kuserahkan, barter dengan selembar tiket dengan
tulisan namaku, lengkap dengan waktu keberangkatan dan nomor seat, seat 1.
Kurang meyakinkan sebenarnya bentuk lembaran tiketnya, hanya selembar kertas
buram dengan logo Coyo dan kolom-kolom untuk mengisikan data penumpang, amat
sangat sederhana untuk sebuah tiket bus malam, jauh berbeda dengan penampakan
tiket rival-rivalnya sesama bis malam yang bercover aduhai dengan gambar
armadanya, lembar tengah untuk penumpang dan cover belakang yang dijadikan satu
dengan voucher service makan. But, never mind, gak masalah tiketnya gak
meyakinkan, siapa tahu armadanya mantap, we’ll see, makin gak sabar nunggu hari
H keberangkatan.
Hari
H yang ditunggu-tunggu pun tiba, hari kepulanganku, hari di mana aku akan mulai
perjalanan untuk menjumpai sanak keluarga, itu berarti pula hari pertemuan
pertamaku dengan Coyo, bus malam cepat Cirebon-Surabaya-Malang.
Jam
empat sore aku udah nyampe di terminal Harjamukti Cirebon, pas sesuai dengan
arahan agen waktu itu, kumpul di terminal jam empat karena bus akan berangkat
setengah lima. Kuedarkan pandangan di area belakang terminal itu yang merupakan
tempat parkir bus malam, ada 4 unit bus saat itu, dua armada Ezri dan 2 armada
Coyo. Ezri dan Coyo merupakan bus malam asal Pekalongan yang sama-sama
memperebutkan hati para penumpang dengan tujuan yang sama, Surabaya atau Malang.
Yap, kedua bus yang bergarasi pusat di Pekalongan itu memang mempunyai tujuan
yang sama, Cirebon-Surabaya-Malang, keduanya pun berangkat di jam yang sama
pula, ajiiib.
Namun
aku cukup kaget dan terbengong-bengong dengan penglihatanku saat itu, mataku
menangkap objek berupa unit bus Coyo yang terparkir di sana. Benarkah itu busku,
bus yang akan menemaniku sepanjang pantura sampai kota Malang nanti? Tuhan,
Engkau sedang tidak bercanda kan?
Kudatangi
loket Coyo untuk keperluan “daftar ulang” dan kutanyakan pula pada petugas di
sana mana bus yang harus aku naiki, dan tepat sesuai dugaanku, memang bus
itulah yang akan membawaku nanti mengarungi ganasnya pantura.
Kutatap
bus berbaju Laksana Panorama 3 di depanku, terlihat usianya yang sudah uzur
dengan goresan “luka” di sana-sini yang makin menambah kesan betapa rentanya
armada ini. Ini adalah pertama kalinya aku naik Coyo, pertama kalinya pula aku
naik bus malam dengan armada setua ini. Masalah dapur pacu, aku tidak terlalu
menyangsikan, bus ini diusung oleh mesin Hino RG keluaran sekitar tahun 1999,
mesin yang masih jamak dipakai di kalangan bus malam. Melihat track record Hino
RG, mesin ini jago di lintasan lurus, namun sayang, untuk tikungan dan tanjakan,
Hino RG bukan spesialisnya. Lantas bagaimana bus ini akan melibas Alas Roban
atau jalanan Lawang sampai Singosari nantinya? Ah, sudahlah, pilihan sudah
ditetapkan, apa boleh buat, saatnya masuk ke kabin.
Wuih,
lega dan bersih, itu kesan pertama ketika aku mulai menapak kabin, benar-benar
super eksekutif, 6 baris ke belakang sangat memungkinkan kaki untuk bisa
selonjoran dengan bantuan leg rest, mantap. Namun kesan “berumur” tetap tidak
bisa hilang dari pemandangan interior armada ini, langit-langit dan ornamen kabin
yang lusuh, motif seat yang belum kekinian, apalagi dashboard yang cukup
memprihatinkan, tanpa perangkat audio video, mungkin dulunya pernah ada, namun
kini hanya tinggal riwayat.
Kuposisikan
diriku di seat sesuai pesanan, seat 1, baris terdepan sebelah kiri, seorang
diri, single seat, oke, pemandangan depan terlihat jelas, berarti tidak perlu
khawatir untuk menyaksikan pemandangan pantura nanti malam. Let’s go!!
Penumpang
sudah mulai masuk, tidak banyak seat yang terisi, mungkin setiap harinya
seperti ini, maklum bukan musim liburan, atau nantinya seat-seat itu akan penuh
di agen-agen yang nantinya dilewati?
Gas
sudah mulai diinjak dan bus pun mulai bergerak keluar terminal, mengikuti armada
eksekutif yang ternyata jalan duluan. Menyusul di belakang ada Ezri eksekutif
dan super eksekutifnya dengan bodi yang lumayan wah jika dibandingkan dengan
Coyo ini.
Gas
diinjak perlahan oleh bapak driver, dari penampilannya, beliau sepertinya sudah
cukup pengalaman makan asam garam kehidupan jalanan, mungkin ribuan kilo
jalanan pernah beliau tapaki. Pergerakan setir juga dikuasai cukup apik
sehingga menimbulkan rasa yang tetap nyaman saat bus harus berbelok atau
melakukan manuver, sejauh ini laju armada ini cukup positif, berjalan sedang,
tidak pelan dan juga tidak cepat, belum saatnya mungkin, pikirku.
Perjalanan
mulai sedikit membosankan ketika armadaku tidak menunjukkan taringnya sama
sekali, malah menjadi bulan-bulanan bus reguler seperti Sinar Jaya maupun Dewi
Sri yang beberapa armadanya sudah mendahului bus ini, akankah memang tabiat bus
ini seperti ini? apakah akan terus seperti ini sampai Malang? Kuharap jangan.
Bapak
driver dan asistennya masih terus mengobrol ringan dan sesekali bercanda saat
bus mulai dibelokkan ke sebuah garasi di daerah Pekalongan, yap ini adalah
kantor pusat Coyo, cukup luas dengan puluhan bus terparkir di sana. Bus ini
memang selalu mampir di sini untuk keperluan kontrol. Penumpang pun ternyata
ada yang naik dari sini, kabin mulai terisi penuh. Tidak lama bus berenti di
sini, setelah urusan kontrol dan mungkin administrasi selesai, bus kembali
melanjutkan perjalanan.
Masih
sama seperti sebelumnya, kali ini Coyo menjadi santapan bus malam yang mulai
berjalan beriringan, maklum sudah sekitar jam sembilanan, saat di mana pantura
dikuasai oleh ratusan bus malam. Coyo harus mengalah dan ikhlas menjadi
bulan-bulanan bus malam lain, kudu nrimo kalau kata orang Jawa. Sudah tak
terhitung lagi berapa bus yang dengan mudahnya mengasapi Coyoku ini. aku hanya
bisa menatap mereka dengan lemas. Mungkin sudah takdirnya harus begini, hehehe.
Alas
Roban akhirnya bisa ditaklukan dengan cukup terengah-engah, bus segera memasuki
area parkir rumah makan di daerah Gringsing untuk service makan malam yang aku
rasa sudah sangat terlambat, sekitar jam sepuluhan, lebih mungkin. Rumah Makan
Sendang Wungu.
Kami,
penumpang Coyo, baik kelas eksekutif maupun super eksekutif diarahkan oleh
petugas rumah makan untuk masuk ke ruangan yang telah disediakan khusus untuk
penumpang Coyo. Bagus, bersih, ber-AC, ada televisinya juga. Makanan yang
dihidangkan standar seperti service makan bus malam pada umumnya. Namun yang
membuatku salut adalah adaya ruangan khusus yang sudah dipersiapkan sedemikian
rupa untuk kami, para penumpang Coyo di rumah makan ini.
Urusan
makan, ibadah dan urusan toilet pun selesai, seluruh penumpang kembali naik ke
bus, perjalanan kembali dilanjutkan, dan meleset dari perkiraan, driver masih
menjalankan armada ini dengan santai. Sebelumnya aku berpikiran bahwa bus ini
akan dipacu dan gas akan dibejek dalam-dalam nanti setelah service makan. Namun
itu semua hanya harapan. Mending tidur kalau gini ceritanya.
Sempet
terbangun di daerah yang berjalan jelek, entah daerah mana ini, namun mata
rasanya berat untuk dibuka, tidur lagi.
Tuban,
matahari sudah mulai muncul ketika bus ini berbelok ke sebuah rumah makan untuk
istirahat. PO ini memang menerapkan single driver untuk line
Cirebon-Surabaya-Malang, menjadi dilema memang, makanya sang Driver harus
benar-benar prima. Di sini kami kembali beristirahat, sholat shubuh –yang kesiangan-
dan sarapan diluar service makan. Rumah Makan Taman Sari.
Skip,
skip, skip.
Mesin
RG lumayan menggerung saat harus melibas jalanan sepanjang Lawang sampai dengan
Singosari, tipikal track yang menanjak konstan rupanya cukup menguras tenaga
Hino ini. Hari sudah sangat siang saat itu, jam sembilanan. Sudah sangat terik.
Coyo
masuk Arjosari tepat pukul 11.00, sangat-sangat terlambat pikirku. Kalau dibandingkan dengan armada dari PO lain, start dari Cirebon setelah isya, bisa masuk Malang
sekitar jam 6 atau jam 7 pagi. Nah ini, start dari Cirebon masih sangat sore,
tapi masuk Arjosari jam segini, sangat terlambat. Namun, paling tidak, Alhamdulillah,
Coyo sudah membawaku selamat sampai di temapt tujuan, Malang.
Perjalanan
kulanjutkan dengan angkot, atau yang di Malang biasa disebut dengan mikrolet
menuju Stasiun Malang untuk selanjutnya menunggu keberangkatan kereta
Tawangalun di jam 14.00 yang akan membawaku ke Bumi Blambangan, Banyuwangi.
#mengisahkan
cerita lama. Saat ini bus Malam PO Coyo sudah ganti baju menggunakan Legacy,
Legalight dan Ultima.
kalo tentang pengalaman PO. Coyo memang saatnya armada PO. Coyo dilakukan peremajaan.. istri saya sampe kapok naiknya
ReplyDeleteTerima kasih sudah mampir di blog saya.
DeleteSeperti yang saya tulis, ini adalah sebuah cerita lama. Saat ini Coyo sudah banyak berbenah dan meremajakan banyak armadanya.
Kalau boleh tau Istri Mas naik Coyo line mana yah yang sampe kapok itu? Hehe.
Hampir 2 th naik bis coyo,hampir sebulan 2 blan skali,dari teeminal pemalang smp lali banteng semarang,gak ada yg aneh2 dari supir tg baik smp kenek tg baik,tp hari ini tgl 14/11/2016,jam 7.00 dari terminal pemalang,saya di suruh ankat koper ke bagasi bus sendiri,dan saya pun ankat koper kebagasi sendiri,si kenek cuma berdiri tegak sambil bilang suruh kasih uang tambahan buat barang yg saya bawa,si kenek mengancam saya klo saya gak ngasih uang tambahan mka bila barang rusah ato hilang saya tanggung sendiri!!!setelah sampe di kali banteng dia banting koper saya sampe toples buat mertua sya pecah,pdahal itu toples yg paling mertua saya sukai,setelah saya komplain ke po coyo,saya di suruh ke tempat pengaduan coyo,tp sya ga bisa dateng hari itu jg,karna saya hari itu jg saya harus terbang,dan jam nya sudah mepet,tp saya bilang ke po coyo setelah saya pulang dari Australia bulan febuari saya akan lanjut kan lasus ini,sebener nya bukan karna barang yg pecah atopun msalah meminta uang tambahan,tp ini sdah termasuk kriminal,
DeleteTerima kasih sudah mampir di blog saya.
DeleteTurut prihatin dengan pengalaman kurang mengenakkan yang menimpa Kakak. Mungkin hanya oknum atau entah bagaimana, semoga kasusnya segera bisa diselesaikan dengan baik.
Semuanya demi kebaikan bersama, terutama demi peningkatan mutu dan kualitas layanan transportasi umum di Indonesia.
apik ta coyo iku brooo
Deletekalo pahala kencana bagaimana kondisi bus dan layanannya? apa ada yg super eksekutifnya?
ReplyDeleteTerima kasih sudah mampir di blog saya.
DeleteSejauh yang saya pernah naiki sampe dengan sekarang, PK masih masuk di list pribadi saya, masih nyaman lah, pendapat pribadi saya loh yah :)
Management PK sudah meniadakan armada super Exe dari beberapa tahun yang lalu Mas.
mau sharing aja mas. pgalaman naik PK, sya pernah mas gak dapet tempat duduk dan terpaksa sya harus duduk dikursi ektra paling blakang dket tmpt kru bus tdur. iya kalo kursi yg dipake duduk, itu kayak anak tangga dikasih bantalan spon doang mas, sya naik dr tuban sampe sumedang. dan saya jga udah pernah beberapa kali ngobrol dgn org lain ketika naik bus klo PK katanya emg sring kayak gitu, jd mereka kayak cari pnumpang tmbahan gitu. tp kliatanya yg dpet kayak gitu org yg lgi apes aja dan mgkin jga saya apes wktu itu.
DeleteTerima kasih sudah mampir di blog saya.
DeleteWih, mungkin itu pas peak season yah Mas, jadi management juga jual seat yang sebenernya juga "bukan seat", biasanya itu dikasih nomor 37-38 yah..
Dan gak cuman PK kok Mas yang seperti itu saat di peak season, banyak PO lain yang juga menerapkan hal yang sama, lumyang mungkin buat mereka, hehe.
wah pertama kali ya bmas naik coyo. sya udah sering pol naik coyo mas. dr jaman sya masih kecil sampe skg ini, ya emg jalannya coyo santai banget dibanding bus2 yg lain. apalgi klo mas nya naik yg eksekutif biasa, beh beda jauh sama bus malem yg lain. masak kursinya sempit banget mas, gak kayak bus malem lain kan eksekutif lebar2.
ReplyDeletemampir juga ke blog sya ya campuranz.blogspot.co.id
Terima kasih sudah mampir di blog saya.
DeleteIya Mas, postingan ini adalah tentang pertama kali saya berkenalan dengan Coyo. Beberapa kali setelahnya saya masih sering ikut armada PO ini, namun semenjak ada PO lain yang membuka line yang sama, saya lama gak ikut Coyo lagi.
Sampai akhirnya bulan kemarin saya ikut lagi armada Coyo SE tujuan Malang dan hasilnya, sudah gak seterawat dulu lagi armadanya.
Wihh kok mirip ceritanya...skrng sy naik coyo jg...pahala kencana penuh...malang jg tujuanku
ReplyDeleteTerima kasih sudah mampir di blog saya.
DeleteWiih, gimana review Coyo sekarang Mas? Gak pengen coba PO sebelah yang lebih rame?
Hehe.
Untuk sekrang armadanya udah jauh lebih baik ko mas ada Evonext ada legacy ada juga legacy sr1 untuk ke malang atau surabaya nya dan juga ada ultima meskipun cuman direbody tetapi tetep jos ko saya sdnri blm cba sih tapi pengen banget nyoba
ReplyDeleteTerakhir naik coyo 2007/2008... Busnya perasaan sama kaya di gambar itu... Strip luar/kaca/tulisan sama persis.. Berati Gak ada perubahan dong dari dulu...
ReplyDeleteSaya pernah 2x naik unit yang ini sekitar th 2009 krn kehabisan tiket Ezri.. dan ya begitulah ga jauh beda pengalamanya...
ReplyDeleteWah jadi nostalgia dulu suka naik bus coyo
ReplyDelete