Pernahkah
kalian merasakan sebuah rasa rindu? Rasa rindu yang sangat mendalam dan begitu
memuncak? Rasa yang selama ini hanya tersimpan rapi di dalam dada, tertutup
rapat di tempat persembunyiannya, tersamarkan oleh raut muka dan rekah
senyuman, yang walaupun pada akhirnya juga akan meluap tumpah ruah. Ini bukan
tentang siapa-siapa, bukan tentang pasangan terhadap kekasihnya, tidak juga
tentang teman dan karibnya, atau apapun itu, lebih dari itu semua, ini adalah
tentang kerinduan seorang anak terhadap orang tuanya, tentang Ibu-Bapaknya.
Hidup
di tanah rantau tidak akan serta merta membuatmu tegap sehebat baja, kuat
setegar karang, ataupun tangguh laksana gunung yang berderet angkuh. Bukan,
bukan seperti itu teorinya. Masih ada bagian dari hidupmu yang tersisa untuk
tetap menjadi rapuh. Sengaja atau tidak. Tersadar atau tidak. Bagian itulah
yang mempunyai andil besar untuk menumbuhkan rasa rindu pada orang tua, entah
yang masih ada maupun yang telah lebih dahulu tiada.
Sejauh-jauhnya
burung terbang, tetap ia akan pulang menuju sarangnya. Sejauh-jauhnya seseorang
merantau, tetap orang tua yang akan menjadi tujuan akhirnya.
Entahlah,
akunya yang terlalu lemah atau bagaimana, sekian tahun di tanah rantau ternyata
lebih dari cukup untuk mulai menumbuhkan jenuh, yang sedikit demi sedikit,
perlahan namun pasti selalu bergemuruh, di sini, di hati. Jenuh dengan
kesendirian yang akhirnya menerbitkan kerinduan akan sosok penuh kasih dan
penuh perhatian, pada mereka manusia-manusia yang tak kan tergantikan, orang
tua.
Merekalah
yang membuat kita ada, merekalah yang menjadikan kita dewasa, mendidik dengan
penuh cinta, bersih dari pamrih demi kesuksesan anak-anaknya, seperti apa kita
hari ini tak kan lepas dari peran orang tua, percayalah.
Tapi,
mana baktiku pada mereka? Mana hormat abdiku pada mereka? Mana tunduk santunku
terhadap keduanya? Apa yang sudah kulakukan untuk keduanya?
Tuhan,
jika aku boleh meminta, dengan penuh harap hamba mohon izin untuk bisa menemani
hari-hari senja orang tua, menunjukkan bakti untuk sedikit membalas setumpuk
jasa keduanya. Tidak lagi terhalang bentangan jarak yang ribuan kilo menghadang
menghalang.
Tuhan
jika aku boleh sekali lagi meminta, akan kupinta kebahagiaan untuk keduanya,
kebahagiaan dunia dan kebahagiaan surga.
No comments:
Post a Comment