Kalau
ditanya mengapa aku menyukai kendaraan ini? Aku bingung harus menjawab apa.
Begitu juga saat ada yang bertanya, dari sejak kapan aku menyukai bus? Entahlah
sejak kapan. Bahkan kalau boleh jujur, saat aku belum TK, ketika aku ditanya
tentang cita-cita, coba tebak apa yang aku jawab? Di saat anak-anak yang lain
menjawab ingin menjadi presiden, pilot, guru, dokter, atau apapun itu, aku
justru menjawab ingin menjadi seorang supir bus.
Teringat
juga bagaimana upaya keras kedua orang tuaku saat membujukku untuk pindah sekolah.
Saat itu aku sudah bersekolah di sebuah SD Negeri. Kelas satu, beranjak naik ke
kelas dua. Kedua orang tuaku merayuku untuk pindah ke sekolah swasta dengan
sistem full day school yang jauh lebih bonafit, tetapi harus mengulang kembali
ke kelas satu. Tentu yang ada dalam fikiranku saat itu hanyalah penolakan.
Bagaimana mungkin aku yang seharusnya sudah akan naik ke kelas dua, harus
mengulang kembali ke kelas satu. Apa kata teman-temanku nanti? Dan lagi, aku
harus kembali mencari teman baru di sekolah yang baru itu. Ummi dan Abi terus
saja merayuku dengan bermacam-macam hal dan fasilitas wah yang ditawarkan
sekolah baru tersebut. Merayu dan merayu. Tetapi aku tetap pada pendirianku.
Hingga akhirnya sebuah jurus sakti pun mereka keluarkan, mereka bilang “Nanti
ke sekolahnya di antar jemput pakai bus loh, bus sekolah”. Dan seketika, saat
itu juga aku mengangguk setuju. Aku, Ummi dan Abi pun kompak tersenyum.
Begitulah,
aku telah jatuh hati pada kendaraan berbentuk balok besar itu sejak dulu. Sejak
masih kecil. Entah apa yang saat itu benar-benar membuatku menyukai bus. Yang
jelas, aku suka. Titik. Kalian mungkin akan heran dengan ini semua, tapi itulah
yang terjadi pada diriku. Benar-benar nyata. Ada.
Aku
suka bus. Aku suka dengan bentuk besarnya yang gagah, dengan livery-nya yang
bermacam-macam dan tampak begitu elegan. Aku jatuh cinta dengan interior dan
eksteriornya. Aku kagum dengan kelihaian pengemudinya, dengan caranya membelah
jalanan saat mendahului kendaraan di depannya. Dan apapun itu, aku suka.
Travelling
dengan mode transportasi yang satu ini, benar-benar menarik bagiku. Aku bisa
melihat keramaian di sepanjang perjalanan, bisa menjadi saksi bagaimana balok
besar itu menjadi raja di jalanan, men-takeover lawan-lawannya yang berjalan
lambat di depannya. Tidak seperti saat menggunakan kereta api yang hanya bisa
menikmati pemandangan sawah, ladang, sawah lagi, lagi, dan lagi.
Lantas,
kalau ditanya, sudah berapa bus yang pernah aku naiki? Hmm,, sudah sangat
banyak. Akan aku coba ingat satu persatu di sini.
AKAS
(bwi-jbr pp), TENTREM (jbr-mlg pp), LADJU (jbr-mlg pp), HARAPAN JAYA (bwi-jbr
pp), TJIPTO (bwi-jbr pp), MINTO (bwi-jbr), INDONESIA ABADI (bwi-jbr), YUANGGA
(bwi-jbr), SABAR INDAH (pbg-jbr), BOROBUDUR (jbr-bwi), GUNUNG HARTA (mlg-dps
pp), ALMUBAROK (bwi-mlg pp), LORENA (bwi-crb pp), PAHALA KENCANA (crb-bwi),
KRAMAT DJATI (mlg-bdg), DAMRI (crb-bdg pp), SAHABAT (crb-bdg pp), BHINEKA
(crb-bdg pp), KENTJONO (bwi-jbr pp), RESTU AGUNG (jbr-pbg), HAZ (sby-mlg),
HAFANA (sby-mlg pp), RESTU (sby-mdn), DAHLIA INDAH (jbr-bwi), COYO (crb-mlg),
ZENA (mlg-sby pp), MILA SEJAHTERA (jbr-pbg).
Semoga
tidak ada yang terlewat. Lumayan banyak. Bagaimana dengan kereta api? Hanya
sedikit yang pernah kunaiki.
RENGGANIS/TAWANGALUN
(bwi-mlg pp), MALANG EXPRESS (sby-mlg), PANDANWANGI (bwi-jbr pp), ARGOJATI
(crb-jkt), CIREBON EXPRESS (crb-jkt), GAJAYANA (crb-mlg pp), SRITANJUNG
(bwi-jgj pp).
Nah,
itulah hubungan dekat antara aku dengan bus. Yang jelas, apapun mode
transportasi yang digunakan, selalulah berhati-hati dan berlaku sopan. Sopan
pada diri sendiri, pada kru, dan pada orang-orang di sekitar.
No comments:
Post a Comment