Friday, September 23, 2016

mudik lebaran 2016 (1/2)

#latepost

1. MUDIK KE TIMUR

Idul Fitri tahun iki aku harus pulang, nengokin suasana rumah saat lebaran, kumpul bareng keluarga. Ya, terakhir aku mudik adalah pas tahun 2013 silam, makanya 2016 ini aku harus pulang, sungkem.

Rute yang kupilih untuk kepulanganku ini gak neko-neko, waktunya udah mepet banget sama lebaran soalnya, sehingga rutenya hanya menjadi Cirebon-Malang via jalur tengah, lanjut Malang-Probolinggo-Jember-Banyuwangi. Sepertinya aku akan transit semalam di Jember, baru keesokan harinya akan lanjut lagi ke Banyuwangi pake motor. Iya, pake motor bareng Fira, adhekku yang sekarang udah kerja di kota Suwar-Suwir itu.

Jum’at, 01-07-2016.
Persiapanku sudah sangat matang, packing juga udah. Ransel hanya tinggal angkut. Gak banyak barang bawaanku di mudik ini, seperti biasa hanya sebuah daypack Eiger berkapasitas sekitar 35 liter.


Ini adalah workday terakhir, Minggu depan udah masuk ke masa liburan cuti bersama lebaran. So, aku berangkat memulai perjalanan panjang ini di sore ini. Kali ini, masih kupercayakan perjalananku ke PO. Handoyo yang akan membawaku menuju Malang via jalur tengah Semarang-Solo. Bukan karena apa-apa aku memilih Handoyo, Pantura pasti udah macet banget dengan pemudik yang pake motor, belom lagi yang pake mobil karena jalan tol lintas Jawa baru berujung sampai dengan Brebes Timur, maka Handoyo kupilih karena Pantura yang dilewatinya hanya sampai dengan Semarang, lepas Semarang, Handoyo berbelok ke kanan mengarah ke jalur tengah via Solo-Ngawi.

Kok gak milih Pahala Kencana seperti biasa? Hmm, maaf, tarif PK tujuan Jember di hari yang sama sudah sangat melambung tinggi, tak terbeli, haha, tembus di angka 700ribu. Sayang uangnya, hehe.

Tiket Handoyo kali ini pun terbilang fantastis. Tiket tujuan Malang yang biasanya kutebus dengan harga 170ribu, kali ini naik menjadi 270ribu. Lumayan juga tuslahnya. Tapi itulah harga yang harus dibayar demi sebuah kepulangan, demi sebuah hangat keluarga. Tidak ada apa-apanya.


Sesore ini aku udah ada di parkir belakang terminal Harjamukti, Cirebon. Jam empat kurang. Calon penumpang berbagai armada udah terlihat begitu banyak. Sore itu ada satu unit Medali Mas yang sepertinya berbaju Marcopolo rombakan tujuan Malang via Solo yang sudah standby, tampak beberapa penumpangnya udah ada di dalam kabin. Ada dua unit Coyo berbody Skybus dan Legacy yang juga dikerumuni penumpangnya. Juga tiga unit Handoyo yang terparkir di depan kantor agennya. Ezri tentu saja tidak terlihat karena jam keberangkatannya jauh lebih awal dibanding armada tujuan Malang lainnya, sekitar jam setengah tiga.

Seperti yang aku bilang, sore itu Handoyo memberangkatkan tiga armada sekaligus. Satu armada warna coklat berbaju Celcius garapan Rahayu Sentosa tujuan Surabaya via Semarang-Tuban, satu armada berwarna padanan ungu putih berbaju New Setra Jetbus HD2 karya Adiputro tujuan Malang via Semarang-Solo, dan satu lagi armada yang masih kinyis-kinyis warna hitam padanan kuning berbaju New Legacy Skybus jahitan Laksana dengan tujuan yang sama dengan armada berbaju garapan Adiputro.

Lapor ke Mas Adji Prajidina dulu, dia adalah perwakilan agen Handoyo di terminal ini. Oke, aku ikut bus satu, New Setra Jetbus HD2 yang segera akan diberangkatkan duluan, sementara juniornya yang menyandang predikat bus dua, diberangkatkan menyusul, mungkin barengan dengan armada Surabaya.

Aku sudah duduk di seat-ku, hotseat di nomor 3, atau kalau di armada lain, seat ini bernomor 1c. Ya, baris pertama sebelah kanan pinggir lorong, tepat di belakang driver, seat yang mantap dengan fasilitas pandangan ke depan yang begitu lebar, tak terhalang.

---

Handoyo dengan tenaga 260 HP bermesin Hino RK8 ini mulai mengaspal di jalanan pantura, berjibaku dengan pengguna jalan lain yang sudah mulai crowded. Pemandangan yang lazim terlihat di saat musim mudik lebaran seperti sekarang ini.

Tidak ada aksi overtake maupun blong-blongan yang bisa disajikan, jalanan arah timur begitu penuh sore ini. Dibikin asyik aja. Ya begini ini namanya mudik, hehe.


Adzan magrib berkumandang tepat saat kami melintas di kota Brebes, Jawa Tengah. Kru menginformasikan hal itu kepada kami para penumpang yang hari itu masih berpuasa, termasuk aku. Kubatalkan puasaku dengan sebotol air mineral, cukup.

Adzan magrib berkumandang tepat saat kami melintas di kota Brebes, Jawa Tengah. Kru menginformasikan hal itu kepada kami para penumpang yang hari itu masih berpuasa, termasuk aku. Kubatalkan puasaku dengan sebotol air mineral, cukup.

Oh ya, sebelahku, seat nomor 4 dihuni oleh seorang bapak-bapak yang saat kutanya tujuannya, beliau menyebutkan Mojokerto. Aku memang selalu tidak mujur dalam hal teman duduk di dalam bus maupun kereta, seperti yang pernah kukatakan, belom pernah aku dapet temen duduk mbak-mbak cantik, hehe. Kembali ke bapak-bapak di sebelah, pas buka puasa beliaunya ternyata ngebekal nasi dan lauk pauknya, sempat nawarin aku yang kubalas dengan sebuah senyuman.


Bus berjalan merayap di antara ribuan pengguna jalan lain, berbagi celah. Kemacetan semakin tidak terkendali pas udah deket sama simpang pintu tol Brebes Timur atau yang lebih dikenal dengan Brexit. Rekayasa lalu lintas sudah dilakukan di jalur ini padahal, polisi menerapkan sistem Contra Flow dengan memanfaatkan 1 jalur ke arah Barat menjadi jalur ke arah Timur, sehingga saat ini ke arah Timur ada tiga jalur, menyisakan satu jalur untuk arah Barat. Namun itu ternyata masih tidak bisa mengantisipasi kemcetan luar biasa ini. Belakangan beredar info di berbagai media bahwa di saat puncak arus mudik, kemacetan Brexit ini sampai tembus stuck lebih 20jam yang mengakibatkan banyaknya korban jiwa.


Alhamdulillah, sepertinya bis yang aku tumpangi tidak terlalu lama terjebak di kemacetan ini, bus bergerak meninggalkan persimpangan Brexit melewati gapura selamat datang Kota Tegal. Sejauh ini perut yang saat buka tadi hanya keisi dengan air mineral, belum berontak, hehe. Rumah makan masih jauh, sangat jauh malah.

Melalui pembicaraan driver via telepon dengan driver bus 2, aku bisa denger bahwa ternyata bus 2 kejebak macet ekstra parah di dalam tol Brebes. Ya, bus 2 rupanya tadi keluar terminal Harjamukti Cirebon langsung masuk tol via Pintu Tol Ciperna, apes. Masih jauh lebih cepet kami yang via jalur biasa.

---

Sekitar jam sebelas lebih, bus melewati Alas Roban melalui jalur lama. Ah, sebentar lagi rumah makan. Mari kita isi perut dengan menu yang sudah disediakan. Bus diarahkan memasuki pelataran parkir Rumah Makan Indorasa3. Ayo kita buka puasa, buka yang ekstra kelewat.

Ternyata malam itu menu yang disediakan adalah soto ayam dengan porsinya yang menurutku begitu kecil, tidak mengenyangkan, apalagi untuk ukuran buka puasa yang kelewat seperti malam ini. Ya maklum lah, ada harga ada barang, hehe. Tidak cukup kenyang setelah menghabiskan semangkuk soto ayam plus nasi, aku menuju ke bagian belakang rumah makan, ada pedagang mie ayam di sana. Kupesan satu mangkuk mie ayam bakso. Cepat kuhabiskan karena aku tau waktu istirahat bus tidaklah lama. Nah, ada kejadian yang gak akan kelupa sampe kapanpun pas aku bayar harga mie ini, sumpah ini harga mie ayam bakso paling mahal yang pernah aku makan, 30ribu untuk semangkuk mie ayam gerobak biasa, bukan di mall atau restoran, hanya gerobak biasa. Subhanalloh. Semoga cepet berangkat haji yah tukang mie ayamnya.

Beres urusan perut, musholla adalah tujuan berikutnya. Aku satuin Isya’ dan Magrib di musholla ini. Semua urusan selesai, yuk kita balik ke bus, kru udah manggil-manggil soalnya.

---

Bus masuk ke terminal Tirtonadi Solo, kulirik jam tangan, tepat jam 2.28 dini hari. Yampun, setengah tiga baru nyampe Solo. Déjà vu dengan keadaan terminal Tirtonadi, hehe. Keinget pas kemaren tour de Central Java. Driver kembali menelepon partnernya, driver bus 2. Ternyata bus 2 baru akan masuk rumah makan di Gringsing sana. Gustiii, itu mah buka puasa sekaligus sahur namanya. Syukur aku diikutkan di bus 1, walaupun sudah keitung telat, tapi paling gak aku udah nyampe Solo.


Bus kembali diarahkan masuk ke sebuah rumah makan di daerah Ngawi, Jawa Timur, entah apa namanya, aku lupa, cukup besar tapi. Sebagian besar penumpang memang minta untuk ada makan sahur ke kru bis. Ya, akhirnya kita makan sahur di sini, di Ngawi, bareng dengan banyak bus lain yang juga bersantap sahur di sini.

Begitupun aku yang juga sahur di sini. Ini bukan service, jadi semuanya bayar sendiri. Makanan diambil secara prasmanan, kemudian disodorkan ke kasir untuk dihitung berapa total yang harus dibayar sekaligus untuk ambil minum. Menuku saat itu adalah ikan goreng dan sayur daun singkong, lengkap dengan segelas teh manis panas. Pas sahur ini juga kusempatkan untuk ngehubungin rumah buat kasih kabar udah sampe mana-mananya.

---

Tepat jam setengah sebelas siang, Handoyo landing di Arjosari, Malang. Angka yang spektakuler, hehe, belum pernah aku nyampe Malang sesiang ini. Terima kasih banyak kru Handoyo AA 1403 EA yang telah mengantarkanku dengan selamat sampai kota Malang. Entah bagaimana kabar bus 2, aku gak tahu.

Tak buang-buang waktu, segera aku menuju ke tempat parkir bus arah Timur. Aku berharap masih ada Patas di jam sesiang ini, males banget kalau ke timur harus pake armada Ekonomi, bukan karena apa, badan udah lelah banget, trus panasnya itu loh, ditambah armada arah Timur yang mayoritas sepertinya udah mulai harus diremajakan.

Bersyukur, ada satu armada Patas di sana, Akas Green yang entah dengan dapur pacu apa, aku langsung aja naik dari pintu belakang, udah cukup penuh namun masih ada beberapa tempat duduk di bagian yang agak belakang. Kuambil seat sebelah kiri, di sebelah seorang cowok yang lagi merem-merem pake headset.

Suasana kabin gak sempet aku foto, kemungkinan ini Mercy kuler. Capek dan ngantuk banget rasanya. Bus udah jalan, penumpang full seat. Berkah lebaran memang. Pak kondektur pun mulai menjalankan tugasnya, nagihin ongkos penumpang satu per satu.

Kusebutkan Jember sebagai tujuanku, namun langsung ditolak oleh bapak kondektur. “Probolinggo dulu aja ya Mas.” katanya. Okelah, emang udah biasa. Patas Malang emang seperti itu, selalu gak mau kalau ada penumpang yang langsung ambil tiket Jember, harus Probolinggo dulu, ntar kalo ternyata okupansi penumpang Jember bagus, ya bus lanjut ke Jember, kalo gak ya cukup sampe Probolinggo dan bus langsung puter kepala arah Malang lagi. Penumpang tujuan Jember bisa ikut Patas asal Surabayaan. Begitupun aku siang ini.

---

Akas Green yang aku tumpangi udah diarahkan masuk ke Terminal Bayuangga, Probolinggo. Ternyata semua penumpang harus turun di sini, bus langsung putar kepala ambil trayek arah Malang lagi. Oke.

Begitu turun dari bus, aku langsung jalan cepet ke arah shelter Patas Jember, Alhamdulillah di sana ada Akas Asri dari Surabaya yang sedang parkir, langsung aja aku naik, dapet seat di kanan pinggir kaca agak di bagian belakang. AC nya kurasa lebih dingin dibanding Akas Green yang tadi.


Interior bus ini lebih wah dari pada Patas Malang tadi, masih sangat cocok lah dapet predikat bus Patas. Bus udah bergerak meninggalkan Bayuangga, melintasi jalanan Jawa Timur. Sempat kulihat jam tangan, udah jam 12.37 saat itu.

---

Alhamdulillah, nyampe juga di Terminal Tawangalun, Jember, sekitaran jam tiga sore. Kukabari Fira buat ngejemput. Oke, kutunggu aja dia di sini, di tempat duduk deket tempat penurunan penumpang terminal Jember. Lama juga aku nunggu Fira yang akhirnya dia dateng juga. Etape berakhir sementara sampai di sini, di Jember. Perjalanan berikutnya akan dilanjut besok, selepas sahur. Numpang perpal dulu semalem di kosan Fira.

---

Minggu, 03-07-2016.
Sahur udah, sholat shubuh pun udah. Kami udah sangat siap. Aku pagi itu pake jaket rangkap dua, lengkap dengan sarung tangan dan masker dari slayer. Begitu juga Fira yang pagi itu juga berpakaian tebal, lengkap dengan masker warna ijo yang sepertinya dia beli di minimarket. Kami udah siap menempuh etape hari ini, Jember-Banyuwangi, memggunakan motor Fira, Honda Beat. Sayang banget ini gak ada fotonya, kalo ada pasti keren banget.

Kutelepon rumah untuk meminta restu dan ijin berangkat, oke, didapat. Siap berangkat. Saat itu masih jam 4.45 pagi. Jalanan masih sangat sepi. Entah berapa kilometer jarak Jember-Banyuwangi pastinya, aku gak tahu. Kalo pake kendaraan umum, Jember-Banyuwangi itu bisa ditempuh antara 4-5 jam. Kalau pake kendaraan pribadi, bisa 3-4 jam. Jalanan yang sepi membuat Honda Beat ini bisa kupacu cepat. Semalem pas kita cari buka puasa, motor ini udah sekalian aku isi Pertamax full tank, juga roda yang aku isi dengan nitrogen depan belakang, motor ini siap tempur.

Jarum speedometer beberapa kali menyentuh angka 90-100 kmpj. Jalanan memang masih benar-benar sepi, hanya ramai saat ngelewatin pasar aja, selebihnya, hanya satu dua pengendara yang melintas.

Hutan Kumitir yang menjadi batas Jember dan Banyuwangi masih sangat dingin pagi itu. Jalanan yang berkelok tajam mampu kulibas sempurna. Gak lama kita berada di punggungan gunung, kita udah masuk Banyuwangi.

Sempet berhenti sebentar karena ada serangga kecil yang masuk ke helm yang kupakai. Lepas helm, ngeluarin serangga, gerak-gerakin badan bentar, go! Lanjut lagi, sekalian ntar istirahnya pas udah di rumah. Sekalian capek.

Jalanan panjang di ujung Timur pulau Jawa ini masih saja kulibas cepat, sambil diiringi candaan antara aku dan Fira. Ngobrol santai tentang ini itu, seperti gak ada habisnya, sambil tetap konsen dan stabil bawa motor.

Masuk ke sebuah SPBU, kembali minum Pertamax full tank. Lanjut perjalanan yang tinggal secuil lagi. Benar, gak lama setelah isi bahan bakar, kami nyampe di rumah. Jam 6.30. Hah?? Jember-Banyuwangi gak ada 2 jam? Fir, apa yang udah kita lakukan??

Benar saja, orang rumah juga kaget kami nyampe secepat itu. “Tadi nelpon kalo gak salah masih jam lima, kok sekarang udah nyampe aja? Pasti ini ngebut banget bawa motornya.” Omel Ummi, diikuti juga omelan Abi. Aku yang juga gak nyangka bakal secepat itu hanya bisa senyam-senyum heran, saling pandang dengan Fira. Paling gak, Alhamdulillah, segala syukur kami haturkan, etape mudik ini selesai. Jarak Cirebon-Banyuwangi berhasil aku lipat selesai pagi ini. Sempurna.

---

2. NGATERIN FIRA KE JEMBER

Hari itu Minggu, tanggal 10 Juli 2016. Siang ini aku nganterin lagi Fira balik ke Jember karena besok dia udah masuk kerja. Sebenernya kantorku juga udah mulai masuk Senin besok, tapi seminggu besok aku ambil cuti, so aku ngantornya masih ntar, minggu depan.

Jam dua siang kami berdua berangkat, setelah Dzuhur yang akau jamak dengan Ashar sekalian. Kali ini kostum kami biasa ajah, soalnya udah siang, gak dingin kayak dulu pas ke Banyuwangi-nya. Tapi masih tetep safety kok untuk ukuran biker. Lagi-lagi Ummi dan Abi berpesan buat gak terlalu ngebut di jalannya, Insya Alloh. (bersambung)

No comments:

Post a Comment