"cobalah
untuk mulai menulis,, tuh liat Andrea Hirata,, “
Rangkaian
kata itu pernah diucapkan oleh Abi kepadaku,, di suatu malam dalam sebuah
pembicaraan lintas provinsi melalui pesawat telepon. Sebuah kalimat yang tak
begitu kutanggapi pada awalnya, bukan hobiku, kilah diriku saat itu. Ya, hobiku
memang membaca, bukan menulis. Membaca hasil tulisan orang lain, menikmati
coretan karya orang lain, dan aku begitu menyukainya.
Tak
salah memang jika aku bilang diriku menyenangi membaca. Tumpukan buku terlihat
hampir di semua tempat yang pernah kusinggahi. Di kamar tidurku di Banyuwangi,
di kamar kost ku di malang, kamar kost di Surabaya, kamar kost di Cirebon,
bahkan sampai di meja kerjaku disini, ada mekhluk berbentuk kotak persegi
dengan lembaran halaman di dalamnya itu. Segala jenis buku bisa jadi santapan
favoritku. Novel remaja, novel terjemahan, bacaan keagamaan, atau apapun itu,
aku suka. Kecuali komik, sampai saat ini aku belum bisa melatih diriku untuk
menyukai lembaran bergambar itu.
Sampai
pada akhirnya kubeli sebuah buku dengan judul yang begitu menarik perhatian,
akan tetapi begitu memulai mebaca, ah, ternyata muatan tidak semenarik truknya.
Isi tidak semenarik judul. Buku itu hanya berisikan tentang diary kehidupan
para Tenaga Kerja Indonesia di negeri seberang sana. Masing-masing dari mereka menuliskan kisah
hidup mereka dan akhirnya dibendel dan dibukukan.
Tapi
dari situlah aku menyadari sebuah kekalahan. Aku seorang Reza, kalah dengan
para pahlawan devisa itu. Melihat kesibukan mereka yang begitu padat, mereka
masih bisa meluangkan waktu untuk menulis, sedangkan aku? Apakah aku masih bisa
membanggakan diri dengan hanya membaca? Betapa konsumtifnya diri ini, hanya
bisa menikmati hasil karya orang lain.
Yah,
baru kusadari kalau ternyata diri ini adalah seorang konsumtif. Sifat yang
paling buruk karena hanya bisa menikmati tanpa bisa memproduksi. Sebuah negara
yang begitu besar saja bisa hancur lebur dengan perilaku konsumtif menahun,
apalagi diri ini yang begitu kecil?
Maka
mulai saat ini, kudeklarasikan bahwa aku mulai untuk menulis. Menulis apa saja
yang bisa menjadi sebuah tulisan karena memang tidak ada rambu ataupun lampu
merah dalam hal menulis.
Dengan
menulis, aku berusaha untuk tidak lagi hanya menjadi penikmat, berusaha tidak
lagi menjadi pribadi konsumtif, dan sepertinya menulis bisa meringankan beban
yang sedang kita rasakan. Saat tidak ada kehadiran teman atau orang lain yang
bisa menjadi pendengar yang baik untuk diri kita, menulis bisa dijadikan
alternatif untuk meluapkan sesutau yang mengganjal dalam diri ini.
Belum
terfikir memang, dengan menulis aku akan bisa menjadi seperti Pipiet Senja, Asma
Nadia, Ayu Utami, Dan Brown, atau layaknya Andrea Hirata seperti yang Abi
pernah bilang, tapi setidaknya aku sudah memulai untuk menulis, walaupun itu
masih dalam tahap pembiasaan dan pembelajaran. Tapi aku sudah bertekad untuk
selalu menulis. Air dalam sebuah wadah bisa menjadi keruh kalau tidak
dituangkan, begitu juga dengan otak, ketika sesuatu yang ada di dalam otak
tidak kita tuangkan, otak akan menjadi keruh dan semakin keruh.
Dan
akhirnya, aku bisa bersuara, Abi, lihatlah, ini aku, Reza, sudah memulai untuk
menulis.
No comments:
Post a Comment