Suatu sore di pantry sebuah perusahaan
telekomunikasi nasional.
Ada sebuah percakapan antara seorang karyawati
muda dengan seorang Bapak Office Boy.
A : “Pak, saya lapar, ada yang bisa dimakan nggak
yah Pak?”
B : “Ini ada mie instant, masak aja Mba. (sambil
mengambil mie dan menyalakan kompor)
A : “Makasih Pak. Bapak udah lama kerja di sini?
Aku baru dua minggu.”
B : “Iya, Mba Angelina masih baru masuk ya? Bapak
di sini udah delapan tahun.”
A : “Delapan tahun?? lama juga yah pak? Pernah
ngerasa bosen nggak Pak selama delapan tahun itu?”
B : “Ya pasti pernah Mba, namanya juga kerja begini
kan serabutan. Tapi ya apa dengan Bapak bosen lalu bisa pergi begitu saja?
Belum tentu Bapak dapet pekerjaan lagi dengan ijazah yang hanya tamatan SMP.
Yang lebih penting, apa dengan Bapak bosen terus Bapak jadi berhak mengacaukan
masa depan dan kehidupan keluarga Bapak?”
A : hening
B : “Bapak kerja juga buat mereka Mba, buat anak
istri Bapak. Buat apalagi uang yang Bapak cari kalau nggak untuk membahagiakan
mereka? Apalagi yang bisa diharapkan dari seorang lelaki tamatan SMP kecuali
kesetiaan dan kerja keras buat keluarganya? Bagi Bapak, apapun pekerjaan Bapak,
itu nggak penting, asalkan halal dan menghasilkan uang, itu saja.”
A : diam
B : “Bapak ini sudah tua Mba Angelina, walaupun
Bapak di sini cuman seorang Office Boy, Bapak bangga karena saat pulang kerja,
Bapak masih disambut hangat, masih diharapkan kehadirannya di rumah. Apalagi
yang membuat laki-laki bahagia selain disambut di rumah pas lagi capek pulang
kerja? Cukup buat Bapak melihat orang-orang yang Bapak cintai bahagia.”
A : masih diam
B : “Kuncinya itu hanya satu Mba Angelina,
bersyukur. Akan ada saatnya nanti Mba berhenti mecari kehidupan dan mulai mengisi
kehidupan itu sendiri. Nggak cuman masalah kerjaan Mba, jodoh juga. Akan ada
saatnya nanti Mba berhenti mencari dan mulai menikmati apa yang ada. Dari itu
semua Mba akan belajar mencintai, dari situ juga Mba akan belajar hidup dan
bekerja keras demi orang-orang yang Mba cintai itu tadi, keluarga.”
A : tetap diam
B : “Tetap bersyukur yah Mba, dan selalu hormati
suami Mba nanti, berapapun penghasilan yang dia bawa ke rumah. Laki-laki akan
selalu bekerja keras dan mengusahakan yang terbaik jika perempuannya patuh dan
selalu menghormatinya. Kalau semua itu sudah terbangun dengan baik, pasti Mba
mengerti kenapa Bapak bisa bilang seperti ini. (sambil berlalu membawa kain
pel)”
A : speechless
Mungkin
pada awalnya hanya sebuah percakapan biasa, tapi berikutnya, mengandung arti
yang begitu banyak dan padat. Sebuah nasihat kehidupan.
Itulah
mengapa bersyukur adalah sesuatu yang ajaib, yang selalu bisa memberikan
kekuatan untuk apapun itu. Saat engkau merasa lemah, merasa tidak berguna dan
tidak ada apa-apanya, bersyukurlah, maka semua ‘kan kembali baik.
disampaikan oleh : DAS,
Telkom SP 2011