Duduk
di pantai berpasir putih sambil menatap indahnya gulungan ombak yang saling
menyusul, ditemani dengan belaian terpaan angin laut dan warna emas cakrawala
di langit pagi hari. Memandang lepas horizon tempat sang mentari mulai muncul
dari persembunyiannya, mengawasi kumpulan camar yang dengan bebasnya menculik
seekor dua ekor anak ikan dari induknya. Betapa indah dan anggun pesona yang
disajikan, hingga mampu mengusir segala resah dan lara.
Yah,
itu semua hanya sekedar impian, khayalan yang sedang terlintas untuk
menyingkirkan penat. Segala penat yang mengusik diri, juga hati.
Tak
ada pantai berpasir putih, juga tak ada semua komponen keindahan pantai yang
terpapar di sini, di kota ini.
---
“Ummi
itu sosok yang hebat, sebagai sosok istri, Ummi gak pernah tanya tentang uang
yang pernah Abi terima. Entah itu uang gaji bulanan, uang bonus, uang tunjangan
ini itu, atau apapun, Ummi gak pernah nanyain itu semua. Bahkan bisa jadi Ummi
gak pernah tau berapa besar gaji Abi, karena ummi memang gak pernah tanya.”
Itu
kata-kata yang Abi lontarkan saat aku terlibat sebuah pembicaraan santai
dengannya kapan hari, di suatu malam.
“Ummi
itu gak pernah ngeluh atas semua pekerjaan yang dia kerjakan selama ini untuk
membantu keuangan keluarga. Dia mau ngerjakan urusan peternakan ayam, usaha
jual beli beras, dan semuanya yang seharusnya Ummi sebagai seorang istri sama
sekali tidak punya kewajiban untuk melakukan itu semua. Tapi Ummi mau
melakukannya tanpa mengeluh. Terkadang sempat terpikir oleh Abi, gak seharusnya
Ummi melakukan itu semua. Kasihan.”
Tambah
Abi saat melihat aku hanya termenung mendengarkan semua kalimatnya.
“Sebagai
seorang ibu rumah tangga, dia adalah koki terbaik, masakannya selalu enak walaupun
apa yang dimasaknya terkadang hanya masakan sederhana. Ummi memasak masakan
yang sederhana hanya karena ia ingin menyisakan sebagian dari uang berlanja
harian untuk kepentingan kalian yang mendadak tanpa harus meminta lagi ke Abi.”
Abi
melanjutkan kalimatnya. Demi Alloh, perasaanku campur aduk saat itu. Antara
bangga, terharu, semuanya melebur menjadi satu menyisakan rasa hangat di ujung
mata.
“Kamu
tau berapa gaji Abi saat menikahi Ummi? Hanya cukup untuk bayar kontrakan
sebulan dan makan, itu saja. Ingin makan enak? Daging ayam itu hanya terbeli
sebulan sekali. Bagaimana dengan jalan-jalan, refreshing, tamasya? Tidak pernah
terpikirkan sama sekali waktu itu, karena memang gak ada uang untuk itu. Tapi
Ummi mau menerima dengan kondisi Abi saat itu, selalu menemani Abi, sampai saat
ini, yang bisa dibilang dengan hidup yang jauh lebih baik dari kehidupan masa
kecilmu dulu itu, apalagi kehidupan di masa kecil kakakmu.”
Tuhan,
sebegitu muliakah hati seorang manusia yang kini kupanggil Ummi itu? Sosok manusia
yang mempu menjalankan peran sebagai seorang istri dan juga ibu terbaik.
Abi,
engkau adalah pria paling beruntung karena bisa mendapatkan pendamping
sesempurna Ummi.
Ummi,
masih jelas sekali dalam ingatanku engkau yang selalu menemaniku belajar tiap
malam, selalu mengantar dan menjemputku di halte menunggu bus sekolah,
merawatku dengan penuh kesabaran di saat aku sakit. Semua ingatan itu membuat
mata ini semakin hangat, semakin ingin mengalirkan anak sungai di masing-masing
tepinya.
Apa
yang bisa aku raih saat ini, dengan tegas aku katakan engkau ikut andil atas
ini semua. Semua yang kuraih ini aku yakin berkat doa yang selalu terucap di
setiap sujud panjangmu, untukku. Aku bukanlah apa-apa tanpamu. Aku bukanlah aku
yang saat ini jika tanpamu, Ummi.
Terima
kasih Ummi atas semua yang telah kau lakukan untukku, untuk kami, keluargamu.
Dengan jujur aku katakan aku belum mampu membalas semuanya. Jangankan untuk
membalas semuanya, untuk membalas sebagaian yang sudah engkau lakukan saja, aku
belum tentu sanggup. Maafkan aku Ummi. Hanya bakti yang bisa kupersembahkan
untukmu. Teriring doa, semoga kesehatan dan afiat selalu mengiringi dan
menyertaimu.
Tuhan,
terima kasih telah menganugerahkan Ummi untukku, untuk Abi, juga untuk
keluargaku.
Tuhan,
jika tiba saatnya nanti, aku mohon, anugerahkanlah untukku sosok pendamping
sebaik Ummi, sehebat Ummi. Amin.
dedicated for my beloved Mom